http://i560.photobucket.com/albums/ss44/erge32/EkaSidebar.gif

Semoga bermanfaat untuk kawan-kawanku n juga bagi publik,, :)

Guidance and Counseling Riska Ratna

Thursday 10 October 2013

STRATEGI KONSELING INDIVIDU SEBAGAI KONSEP UNTUK MEMAHAMI INDIVIDU



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

A.      Tinjauan Pustaka
1.      Konsep Dasar Strategi Konseling Individual
Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam layanan bimbingan dan konseling disebut strategi layanan bimbingan dan konseling. Salah satu strategi layanan bimbingan dan konseling itu ialah berupa konseling individual.
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (siswa). Konseling ditujukan kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam masalah pendidikan, pekerjaan, dan social di mana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Oleh karena itu, konseling hanya di tujukan kepada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.
Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (siswa) dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya. Suatu hubungan pribadi yang uniki dalam konseling dapat membantu individu (siswa) membuat keputusan, pemilihan dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperanan lebih baik di lingkungannya. Konseling membantu konseli untuk mengerti diri sendiri, mengeksplorasi diri sendiri, dan dapat memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat.
Dalam konseling diharapkan konseli dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Konseling bertujuan membantu individu untuk mengadakan interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan mendatang. Konseling membantu individu untuk mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku. Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan merupakan teknik standar serta merupakan tugas pokok seorang konselor di Pusat Pendidikan.

2.      Teknik Konseling Individual
Ada banyak teknik yang digunakan dalam konseling individual, berikut ini akan di jelaskan lebih lanjut mengenai teknik tersebut, diantaranya:        
§   Menghampiri konseli (attending)
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri konseli yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat:
-          Meningkatkan harga diri konseli.
-          Menciptakan suasana yang aman
-          Mempermudah ekspresi perasaan konseli dengan bebas.
§   Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan konseli, merasa dan berfikir bersama konseli dan bukan untuk atau tentang konseli. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.
Terdapat dua macam empati, yaitu:
-          Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan konseli, dengan tujuan agar konseli dapat terlibat dan terbuka.
-          Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman konseli lebih mendalam dan menyentuh konseli karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.
§   Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada konseli tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :
-          Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan Konseli sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Konseli.
-          Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat Konseli sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Konseli.
-          Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman Konseli sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Konseli.
§   Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman konseli. Hal ini penting dilakukan karena banyak konseli menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan konseli untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :
-          Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan Konseli yang tersimpan.
-          Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat Konseli.
-          Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman Konseli.
§   Menangkap pesan utama
Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau initi ungkapan konseli dengan teliti mendengarkan pesan utama konseli, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal seperti “adakah atau nampaknya”, dan mengamati respons konseli terhadap konselor.
Tujuan paraphrasing adalah:
-          untuk mengatakan kembali kepada Konseli bahwa Konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan Konseli;
-          mengendapkan apa yang dikemukakan Konseli dalam bentuk ringkasan;
-          memberi arah wawancara Konseling; dan
-          pengecekan kembali persepsi Konselor tentang apa yang dikemukakan Konseli.
§   Bertanya untuk membuka percakapan
Bertanya untuk membuka percakapan ini adalah suatu teknik yang digunakan oleh konselor untuk memancing konseli (siswa) agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka (opened question).
Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya “mengapa” atau “apa sebabnya”. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan konseli, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya “apakah”, “bagaimana”, “adakah”, “dapatkah”, dan lain sebagainya.
§   Bertanya tertutup
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata “Ya” atau “Tidak” atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk:
-          mengumpulkan informasi
-          menjernihkan atau memperjelas sesuatu
-          menghentikan pembicaraan konseli yang melantur atau menyimpang jauh.
§   Dorongan minimal
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan konseli. Misalnya dengan menggunakan ungkapan : oh.., ya.., lalu.., terus…, dan…
§   Interpretasi
Interpretasi yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman konseli dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar konseli mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
§   Mengarahkan (Directing)
Mengarahkan (directing) yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan konseli melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh konseli untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.
§   Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Menyimpulkan sementara (summarizing) yaitu teknik atau keterampilan  konselor untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas.
§   Memimpin
Keterampilan atau teknik memimpin bertujuan menggalakkan konseli bertindak balas kepada komunikasi terbuka. Keterampilan ini bertujuan agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak melantur atau menyimpang, seorang konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga nantinya mencapai tujuan. Keterampilan memimpin bertujuan agar Konseli tidak menyimpang dari fokus pembicaraan dan juga agar arah pembicaraan lurus kepada tujuan Konseling. Keterampilan memimpin boleh dilakukan dengan dua cara:
-          Memimpin Secara Langsung
Keterampilan ini bertujuan memberi fokus kepada sesuatu topik relevan yang sedang diperbincangkan dan menggalakkan konseli bercerita atau menjelaskan sesuatu lebih terperinci dan jelas.
-          Memimpin Secara Tidak Langsung
Keterampilan ini sering digunakan di awal sesi setelah pembimbing membuat pengstrukturan dan 'break the ice'. Ia menunjukkan pembimbing telah memberi tanggungjawab kepada konseli untuk memulakan sesi dan menentukkan arah tuju sesi selanjutnya.
Kesenyapan juga dikategorikan dalam keterampilan ini secara tidak langsung membolehkan konseli berfikir dan meneroka secara mendalam atau kemungkinan membiarkan konseli mencari akalnya sendiri.
§   Memfokus
Memfokus bermakna memberi perspektif terhadap sesuatu yang baru saja dinyatakan oleh konseli. Ia membantu konseli untuk menumpukan perhatian kepada suatu isu dengan lebih tepat dan jelas justru dapat mengelak dari sesuatu kekeliruan serta ketidakpastian.
Dengan menggunakan keterampilan memfokus, pembimbing atau konselor boleh menarik balik perhatian dan fokus konseli kepada „dirinya‟ serta isu yang sedang diperbincangkan. Ada beberapa fokus yang dapat dilakukan seorang Konselor yaitu:
-          Fokus pada diri konseli
-          Fokus pada orang lain
-          Fokus pada topic
-          Fokus mengenai budaya

§   Konfrontasi
Konfrontasi adalah ketrampilan/teknik yang digunakan oleh konselor untuk menunjukan adanya kesenjangan, diskrepansi atau inkronguensi dalam diri konseli dan kemudian konselor mengumpan balikan kepada konseli.
Adapun tujuan teknik ini adalah untuk:
-          Mendorong Konseli mengadakan penelitian diri secara jujur.
-          Meningkatkan potensi Konseli.
-          Membawa konseli kepada kesadaran adanya diskrepansi konflik atau kontradiksi dalam dirinya.
§   Menjernihkan
Menjernihkan (clarification) adalah suatu keterampilan untuk menjernihkan ucapan-ucapan konseli yang samar-samar, kurang jelas, dan agak maragukan. Tujuannya adalah mengundang konseli untuk menyatakan pesannya dengan jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis dan agar konseli menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.
§   Memudahkan
Memudahkan (facilitating) adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar konseli dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran dan pengalamannya secara bebas sehingga komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan efektif.
§   Diam
Diam (silent) yaitu membiarkan keheningan berlangsung beberapa saat yang diciptakan secara sengaja dengan sejumlah tujuan tertentu yang disadari konselor. Contoh:
Konseli   : begitulah saya akhir-akhir ini
Konselor            : “ hem…hem…hem ….ya, ya,
Konseli   : … (diam)
Konselor            : …(diam Keheningan 3-5 detik)
§   Mengambil inisiatif
Mengambil inisiatif perlu dilakukan konselor manakala konseli kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif. Konselor mengucapkan kata-kata yang mengajak konseli untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Tujuan teknik ini adalah:
-          Mengambil inisiatif jika Konseli kurang bersemangat.
-          Jika Konseli lambat berfikir untuk mengambil keputusan.
-          Jika Konseli kehilangan arah pembicaraan.
§   Memberi nasihat
Memberi nasihat adalah keterampilan/teknik yang digunakan konselor untuk memberikan nasehat atau saran bagi konseli agar dia dapat lebih jelas, pasti mengenai apa yang akan dikerjakan. Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan jika konseli memintanya. Walaupun demikian, Konselor tetap harus mempertimbangkannya, apakah pantas untuk memberi nasehat atau tidak. Sebab dalam memberi nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni kemadirian konseli, harus tercapai.
§   Memberi informasi
Dalam hal informasi yang diminta konseli sama halnya dengan pemberian nasehat. Jika Konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakan bahwa tidak mengetahui hal itu. Akan tetapi, jika konselor mengetahui informasi, sebaiknya upayakan agar Konseli  tetap mengusahakannya. Misalnya konseli menanyakan persyaratan untuk memasuki sekolah penerbang. Karena konselor kurang menguasai informasi itu, sebaiknya konseli langsung saja mencari informasi tersebut ke sumbernya seperti Direktorat Penerbangan atau sekolah penerbangan.
§   Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling seorang konselor harus dapat membantu konseli untuk dapat membuat rencana berupa suatu program untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya. Suatu rencana yang baik adalah kerjasama konselor dengan Konseli.
§   Menyimpulkan
Menyimpulkan (Summary) adalah ketrampilan/teknik yang digunakan konselor untuk menyimpulkan atau ringkasan mengenai apa yang telah dikemukakan konseli pada proses komunikasi konseling.

3.      Tahapan-Tahapan dalam Konseling Individual
Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam melaksanakan konseling individual, yaitu:
a)      Tahap Awal Konseling
Tahap awal ini terjadi sejak konseli bertemu konselor hingga berjalan proses konseling dan menemukan definisi masalah konseli. Cavanagh (1982) menyebut tahap awal ini dengan istilah introduction, invitation and environmental support. Berikut ini ada hal-hal yang dilakukan dalam tahap awal konseling diantaranya:
-          Membangun hubungan konseling dengan melibatkan konseli yang mengalami masalah
-          Memperjelas dan mendefinisikan masalah
-          Membuat penjajakan alternative bantuan untuk mengatasi masalah
-          Menegosiasiakan kontrak
b)      Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
Berdasarkan kejelasan maslah konseli yang telah disepakati pada taha awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada: 1) penjelajahan masalah yang dialami konseli, dan 2) bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang masalah konseli. Cavanagh (1982) menyebut tahap ini sebagai tahap action.
Menilai kembali masalah konseli akan membantu konseli memperoleh pemahaman baru, alternative baru, yang mungkin berbeda dengan sebelumnya. Pemahaman ini akan membantu dalam membuat keputusan dan tindakan apa yang akan digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan adanay pemahaman baru, berarti ada dinamika pada konseli untuk melakukan perubahan dalam mengatasi masalahnya.
Adapun tujuan dari tahap pertengahan ini, sebagai berikut.
-          Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian konseli dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tesebut.
-          Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.
-          Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.
c)      Tahap Akhir Konseling
Cavanagh (1982) menyebut tahap ini dengan istilah termination. Pada tahap ini ditandai oleh beberapa hal berikut.
-          Menurunnya kecemasan konseli. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan keadaan kecemasannya.
-          Adanya perubahan perilaku konseli ke arah yang lebih positif, sehat, dan dinamik.
-          Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan dating dengan program yang jelas pula.
-          Terjadinya perubahan sikap positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.
Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak bermasalah. Konseli dapat melakukan keputusan tersebut karena konseli sejak awal berkomunikasi dengan konselor dalam memutuskan perubahan sikap tersebut. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah:
·      Terjadinya transfer of learning pada diri konseli
·      Melaksanakan perubahan perilaku konseli agar mampu mengatasi maslaahnya, dan
·      Mengakhiri hubungan konseling.

B.       Pembahasan
Konseling individu merupakan “jantung hati” dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Konseling individu jugamerupakan strategi  yang paling efektif dalam memahami individu (siswa).  Melalui proses konseling individual, maka seorang konselor dapat lebih memahami konselinya baik itu apa yang sedang dirasakan konseli (suasana hati dan perasaan), maupun memahami tingkah laku konselinya berdasarkan apa yang telah di ungkapkan oleh konseli pada proses konseling individu tersebut. Di dalam konseling individual, terdapat hubungan yang bersifat khusus atau pribadi yakni hanya antara konselor dengan seorang konseli. Oleh sebab itu, maka seorang konselor harus menjunjung tinggi asas kerahasian selama  maupun setelah proses konseling tersebut berakhir. Seorang konselor tidak di izinkan mempublikasikan hasil pembicaraan konseling kepada siapapun tanpa seizin pihak konseli. Apabila seorang konselor tidak menjaga kerahasiaan data konselinya atau pembicaraan selama proses konseling, maka seorang konselor sudah melanggar kode etik profesi bimbingan dan konseling. Dan itu fatal bagi profesi yang tengah d sandangnya (konselor).
Konseling individu juga sebagai dasar untuk memahami individu memberikan kontribusi bagi individu untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelemahan dan kelebihan dirinya, potensi, bakat, minat, tingkat emosional) beserta lingkungannya. Dengan individu memahami dirinya sendiri, maka individu tersebut diharapkan mampu mengembangkan segala apa yang ada pada dirinya termasuk potensinya secara optimal. Selain itu, melalui konseling individual, seorang individu akan mampu untuk mengambil keputusan secara mandiri akan masalah yang tengah dihadapinya. 


DAFTAR PUSTAKA

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Prayitno& Amti Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT. Rineka Cipta Jakarta.
Nurihsan, A. Juntika. 2007. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Nurihsan, A. Juntika. 2009. Strategi Layanan Bimbingan & Konseling. Bandung: Refika Aditama.
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya

SITUS WEB: