http://i560.photobucket.com/albums/ss44/erge32/EkaSidebar.gif

Semoga bermanfaat untuk kawan-kawanku n juga bagi publik,, :)

Guidance and Counseling Riska Ratna

Monday, 8 June 2015

MASALAH KESULITAN BELAJAR




A.      Pengertian Kesulitan Belajar
Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang berkesulitan dalam belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tetapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis dan faktor penyebabnya.

Djamarah (2008 : 235) mengemukakan bahwa yang dimaksud Kesulitan Belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. Selain itu, Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2003:77) juga mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, hal ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor non intelegensi.

Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan/kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya dikarenakan adanya ancaman, hambatan maupun gangguan serta faktor-faktor yang menyebabkan ia tidak bisa belajar dengan baik.

B.       Gejala Kesulitan Belajar
Adanya kesulitan belajar akan menimbulkan suatu keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sehingga memiliki prestasi belajar yang rendah. Siswa yang mengalami masalah dengan belajarnya biasanya ditandai adanya gejala: (1) prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas; (2) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan; (3) lambat dalam melakukan tugas belajar (Entang, 1983:13). Kesulitan belajar bahkan dapat menyebabkan suatu keadaan yang sulit dan mungkin menimbulkan suatu keputusasaan sehingga memaksakan seorang siswa untuk berhenti di tengah jalan.

Moh. Surya (dalam Irianti, 2013 : 59) mengemukakan bahwa ada bebrapa ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejala kesulitan belajar, antara lain:
1.      Menunjukkan hasil belajar yang rendah (dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas)
2.      Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Mungkin murid yang selalau berusaha dengan giat tapi nilai yang dicapai selalu rendah.
3.      Lambat dalam melakukan atau mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.
4.      Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti : acuh tak acuh, menentang, pura-pura, berdusta, dan lain sebagainya.
5.      Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, dating terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, mengasingkan diri, tersisih, tidak mau bekerja sama, dan sebagainya.
6.      Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi/ memperoleh nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal.
7.      Anak didik tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar rendah (Djamarah, 2008 : 247).

C.      Macam - Macam Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang dirasakan anak didik bermacam-macam. Djamarah (2008 : 234) mengelompokkan kesulitan belajar menjadi empat macam, yaitu:
1.      Dilihat dari jenis kesulitan belajar
a)      Ada yang berat ; ADHD (sulit fokus akibat terlalu aktif/hyperactive)
b)      Ada yang sedang ; Dyseleksia (sulit membaca), Dysgraphia (sulit menulis), Dyscalculia (sulit menghitung)
2.      Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari
a)      Ada yang sebagian mata pelajaran ; Mata pelajaran IPA atau IPS
b)      Ada yang mata pelajaran tertentu ; Matematika, Fisika, Kimia, Sejarah
3.      Dilihat dari sifat kesulitannya
a)      Ada yang sifatnya menetap ; autisme
b)      Ada yang sifatnya sementara ; kesulitan dalam CALISTUNG (membaca, menulis dan menghitung)
4.      Dilihat dari segi faktor penyebabnya
a)      Ada yang karena faktor intelegensi ; underachiever (IQ tinggi, prestasi rendah), slow learner (lambat belajar)
b)      Ada yang karena faktor non-intelegensi ; malas belajar, tidak ada motivasi, dukungaan orang tua, dan sebagainya

D.      Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Ada banyak faktor yang menyebabkan anak berkesulitan dalam belajar baik di rumah maupun di sekolah. Faktor-faktor ini secara otomatis sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di sekolah. Menurut para ahli pendidikan (dalam Irianti, 2013 : 60), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor yang terdapat dalam diri dan faktor yang terdapat di luar diri siswa.
1.      Faktor Internal (dari dalam diri siswa)
a.       Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik
Kemampuan dasar (intelegensi) merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasi belajar yag diharapkan. Jika kemampuan dasar rendah, maka hasil belajar rendah, sehingga menimbulkan kesulitan dalam belajar. Clark (dalam Irianti, 2013 : 60) mengemukakan bahwa “hasil belajar siswa di sekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.
b.      Kurangnya bakat khusus untuk situasi belajar tertentu
Sebagaimna halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah untuk mencapai hasil belajar tertentu. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar. Sumardi Suryabrata (dalam Irianti, 2013 : 60) mengatakan bahwa “sesorang akan lebih berhasil kalau ia belajar dalam lapangan sesuai dengan bakatnya, demikian pula dalam lapangan kerja, seseorang akan lebih berhasil kalau dia bekerja dalam lapangan yang sesuai bakatnya”.
c.       Kurangnya motivasi belajar dari dalam dirinya
Persaingan yang sehat baik antar individu maupaun antar kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
d.      Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi pada waktu tertentu.
Kondisi ini dapat menimbulkan kesulita belajar, misalnya konflik yang dialaminya, kesedihan, tekanan batin di rumah, dan lain sebagainya.
e.       Faktor jasmaniah yang tidak mendukung kegiatan belajar
Hal ini meliputi gangguan kesehatan, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, cacat tubuh dan lain sebagainya.
f.       Faktor hereditas (bawaan) yang tidak mendukung kegiatan belajar
Hal ini meliputi buta warna, kidal, latah, penggugup, penakut, gagap, dan lain sebagainya.

2.      Faktor Eksternal (dari luar diri siswa)
a.       Faktor lingkungan sekolah
Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi siswa dalam situasi belajar, seperti : cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang akan dipelajari, perlengkapan belajar yang tidak memadai, teknik evaluasi yang kurang tepat, ruang belajar yang tidak nyaman, situasi sosial sekolah yang kurang mendukung dan lain sebagainya.
b.      Situasi dalam keluarga
Situasi ini meliputi kondisi keluarga yang tidak harmonis (broken home), kurangnya motivasi dan perhatian dari orang tua karena sibuk dengan pekerjaan, kurangnya contoh dari orang tua yang bisa dijadikan teladan.
c.       Situasi lingkungan sosial
Situasi ini meliputi pengaruh negative dari pergaulan, situasi masyarakat yang kacau, gangguan kebudayaan, fil, bacaan, permainan/game, play station, computer/ laptop, dan sebagainya

Sedangkan menurut Dalyono (1997:239) menjelaskan faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan dalam belajar, yaitu faktor intern atau faktor dari dalam diri siswa sendiri dan faktor ekstern yaittu faktor yang timbul dari luar siswa.
1.      Faktor Intern
a)      Sebab yang bersifat fisik : karena sakit, karena kurang sehat atau sebab cacat tubuh.
b)      Sebab yang bersifat karena rohani : intelegensi, bakat, minat, motivasi, faktor kesehatan mental, tipe-tipe khusus seorang pelajar.
2.      Faktor Ekstern
a)      Faktor Keluarga, yaitu tentang bagaimana cara mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak.
b)      Faktor suasana : suasana sangat gaduh atau ramai.
c)      Faktor ekonomi keluarga : keadaan yang kurang mampu.
d)     Faktor Sekolah, misalnya faktor guru, guru tidak berkualitas, hubungan guru dengan murid kurang harmonis, metode mengajar yang kurang disenangi oleh siswa.
e)      Faktor alat : alat pelajaran yang kurang lengkap.
f)       Faktor tempat atau gedung : saran dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar seperti meja rusak, kursi rapuh, ruangan yang kotor dan kurang nyaman nyaman, dan sebagainya
g)      Faktor kurikulum  : kurikulum yang kurang baik, misalnya bahan-bahan terlalu tinggi, pembagian yang kurang seimbang.
h)      Waktu sekolah dan disiplin kurang.
i)        Faktor Mass Media dan Lingkungan Sosial, meliputi bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik. Lingkungan sosial meliputi teman bergaul, lingkungan tetangga, aktivitas dalam masyarakat.

Menurut S.B. Djamarah (2002:201) faktor kesulitan belajar siswa digolongkan menjadi empat yaitu :
a)      Faktor anak didik, antara lain berhubungan dengan kesehatan siswa seperti keadaan fisik yang kurang menunjang dan kesehatan yang kurang baik. Selain itu faktor lain yang termasuk di dalamnya ialah IQ yang kurang baik, bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau diberikan oleh guru, emosional yang kurang stabil, aktivitas belajar yang kurang, kebiasaan belajar yang kurang baik, penyesuaian sosial yang sulit, latar belakang pengalaman yang pahit, cita-cita yang tidak relevan, latar belakang pendidikan yang dimasuki dengan system sosial dan kegiatan belajar mnegajar di kelas yang kurang baik, ketahanan belajar (lama belajar) tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajarnya, seks atau pernikahan yang tak terkendali, pengetahuan dan keterampilan dasar yang kurang mendukung, tidak ada motivasi dalam belajar dan sebagainya.
b)      Faktor sekolah, antara lain alat atau media yang kurang memadai, fasilitas sekolah tidak mendukung, suasana sekolah yang kurang menyenangkan, waktu sekolah dan disiplin yang kurang. Selain itu kepribadian guru yang kurang baik dan penugasan yang tidak relevan juga menyulitkan siswa dalam penyelesaiannya, seringkali penugasan dari guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Akibatnya hanya sebagian kecil anak didik bisa berhasil dengan baik dalam belajar. Suasana sekolah yang kurang menyenangkan, ketidak berfungsian BK di sekolah juga mempengaruhi peserta didik dalam belajar di sekolah.
c)      Faktor keluarga, seperti kurangnya kelengkapan alat-alat belajar di rumah, kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua, tidak adanya ruang dan tempat belajar di rumah, ekonomi keluarga lemah atau tinggi yang membuat anak berlebih-lebihan, kesehatan keluarga yang kurang baik, perhatian orang tua yang tidak mendukung, kebiasaan dalam keluarga tidak menunjang, orang tua yang pilih kasih dalam mengayomi anak, anak yang terlalu banyak membantu orang tua, dan sebagainya.
d)     Faktor masyarakat sekitar, seperti pergaulan yang kurang bersahabat, media massa dan elektronik dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu :(1) siswa, yang meliputi keadaan jasmani dan rohani, perhatian, bakat, minat dan motivasi, (2) keluarga, meliputi suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan pengertian orang tua, (3) sekolah, yang meliputi metode mengajar, media pembelajaran, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah serta sarana dan prasarana, (4) masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa dan teman bergaul.

E.       Cara Mengenal Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengenal anak didik yang mengalami kesulitan belajar, antara lain:
1.      Observasi
Observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek. Sambil melakukan observasi, dilaukan pencatatan terhada gejala-gejala yang tampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk dipilih sesuai dengan tujuan pendidikan. Data yang diperoleh misalnya : bagaiman sikap anak didik mengikuti pelajaran? Dan bagaimana persiapan psikofisiknya dala menghadapi pelajaran yang diberikan?.
2.      Interview
Interview adalah suatu cara mebdapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang diselidiki atau terhadap orang lain-guru, otrang tua atau teman intim anak – yang memberikan informasi tentang orang yang diselidiki
3.      Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara untuk mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen, yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. Adapun data yang di dokumentasikan adalah :
a)      Riwayat hidup anak didik
b)      Prestasi anak didik
c)      Kumpulan ulangan
d)     Catatan kesehatan anak didik
e)      Buku rappor anak didik
f)       Buku catatan semua mata pelajaran, dan sebagainya.
4.      Tes Diagnostik
Tes diagnostic dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami anak didik berdasarka hasil tes formatif sebalumnya. Tes diagnostic memerlukan sejumlah soal untuk satu mata pelajaran yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi anak didik. Soal-soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan. Tes ini biasanya dialaksanakan sebelum suatu pelajaran berjalan.

F.       Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui ena tahap sebagai berikut :
1.      Pengumpulan Data
Hal ini dilakukan untuk menemukan sumber-sumber penyebab kesulitan belajar. Usaha yang bisa dilakukan dalam rangka mengumpulkan data bisa menggunakan metode atau kegiatan sebagai berikut :
a)      Kunjungan rumah
b)      Case Study
c)      Case History
d)     Daftar Pribadi
e)      Meneliti pekerjaan anak
f)       Meneliti tugas kelompok
g)      Melaksanakan tes, baik tes IQ maupun tes pribadi
Dalam pelaksanaannya, semua metode itu tidak meski digunakan bersama-sama, tetapi tergantung masalahnya, kompleks atau tidak. Semakin rumit masalahnya, maka semakin banyak kemungkinan metode yang dapat digunakan. Jika masalahnya sederhana, mungkin dengan satu metode sudah cukup untuk menemukan faktor apa yang menyebabkan kesulitan belajar anak.

2.      Pengolahan Data
Dalam rangka mengolah data yang sifatnya masih mentah, belum dianalisis dengan seksama, maka langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :
a)      Identifikasi kasus
b)      Membandingkan antar kasus
c)      Membandingkan dengan hasil tes
d)     Menarik kesimpulan

3.      Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini meliuti beberapa hal berikut ini :
a)      Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik, yaitu berat dan ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik.
b)      Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik
c)      Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak.
Karena diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya atau proses pemeriksaan terhadap hal yang dipandang tidak beres, maka agar akurasi keputusan yang diambil tidak keliru tentu saja diperlukan kecermatan dan ketelitian tinggi. Untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan itu, sebaiknya minta bantuan tenaga ahli dalam bidang keahlian masing-masing, diantaranya:
a)      Dokter, untuk mengetahui kesehatan anak.
b)      Psikolog, untuk mengetahui tingkat IQ anak.
c)      Psikiater, untuk mengetahui kejiwaan anak.
d)     Sosiolog, untuk mengetahui kelainan sosial yang mungkin dialami oleh anak.
e)      Guru kelas, untuk mengetahui perkembangan belajar anak selama di sekolah.
f)       Orang tua anak, untuk mengetahui kebiasaan anak di rumah.

4.      Prognosis
Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar. Dalam penyusunan program bantuan terhadap anak didik yang berkesulitan belajar, dapat diajukan pertayaan-pertanyaan dengan rumus 5W + 1H.
a)      Who
Siapakah yang memberikan bantuan kepada anak?
Siapakah yang harus mendapatkan bantuan?
b)      What
Materi apa yang diperlukan?
Alat bantu apa yang harus dipersiapkan?
Pendekatan dan metode apa yang digunakan dalam  memberikan bantuan kepada anak?
c)      When
Kapan pemebrian bantuan itu diberikan kepada anak?
Bulan yang ke berapa?
Minggu yang ke berapa?
d)     Where
Dimana pemebrian itu dilaksanakan?
e)      Which
Anak didik yang mana diprioritaskan mendapatkan bantuan lebih dahulu?
f)       How
Bagaimana cara pemberian bantuan itu dilaksanakan?
Dengan cara pendekatan individual ataukah pendekatan kelompok?
Bentuk treatment yang bagaimana yang mungkin diberikan kepada anak?

5.      Treatment
Treatment adalah perlakuan. Perlakuan disini dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang bisa diberikan, antara lain:
a)      Melalui bimbingan belajar individual
b)      Melalui bimbingan belajar kelompok
c)      Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu
d)     Melalui bimbingan orang tua di rumah
e)      Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis
f)       Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum
g)      Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran
Ketepatan treatment yang diberikan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sangat tergantung kepada ketelitian dalam pengumpulan data, pengolahan data, dan diagnosis. Tapi bisa juga pengumpulan datanya sudah lengkap dan pengolahan datanya dengan cermat, tetapi diagnosis yang diputuskan keliru, disebabkan kesalahan analisis, maka treatment yang diberikan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar pun tidak akurat. Oleh karenanya, kecermatan dan ketelitian tingkat tinggi sangat  dituntut dalam pengumpulan data, pengolahan data, dan diagnosis, sehingga pada akhirnya treatmet benar-benar mengenai objek dan subjek persoalan.

6.      Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik atau tidak. Kemungkinan gagal atau berhasil treatment yang diberikan kepada anak, dapat diketahui sejauh mana kebenaran jawaban anak terhadap item-item soal  yang diberikan dalam jumlah tertentu dan dalam materi tertentu melalui ala evaluasi ebrupa test prestasi belajar atau achievement test.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar Edisi 2. Jakarta: Rineka Cipta.