A.
Pengertian Kesulitan Belajar
Di
setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik
yang berkesulitan dalam belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan
oleh sekolah modern di perkotaan, tetapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional
di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang
membedakannya pada sifat, jenis dan faktor penyebabnya.
Djamarah
(2008 : 235) mengemukakan bahwa yang dimaksud Kesulitan Belajar adalah suatu
kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya
ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. Selain itu, Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono (2003:77) juga mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah
suatu keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya, hal ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi, akan tetapi
dapat juga disebabkan oleh faktor non intelegensi.
Dari
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan/kondisi
dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya dikarenakan adanya
ancaman, hambatan maupun gangguan serta faktor-faktor yang menyebabkan ia tidak
bisa belajar dengan baik.
B.
Gejala Kesulitan Belajar
Adanya
kesulitan belajar akan menimbulkan suatu keadaan dimana siswa tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya sehingga memiliki prestasi belajar yang rendah.
Siswa yang mengalami masalah dengan belajarnya biasanya ditandai adanya gejala:
(1) prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok
kelas; (2) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan; (3) lambat
dalam melakukan tugas belajar (Entang, 1983:13). Kesulitan belajar bahkan dapat
menyebabkan suatu keadaan yang sulit dan mungkin menimbulkan suatu keputusasaan
sehingga memaksakan seorang siswa untuk berhenti di tengah jalan.
Moh.
Surya (dalam Irianti, 2013 : 59) mengemukakan bahwa ada bebrapa ciri tingkah
laku yang merupakan manifestasi dari gejala kesulitan belajar, antara lain:
1.
Menunjukkan
hasil belajar yang rendah (dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok
kelas)
2.
Hasil
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Mungkin murid yang
selalau berusaha dengan giat tapi nilai yang dicapai selalu rendah.
3.
Lambat
dalam melakukan atau mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu
tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu
yang tersedia.
4.
Menunjukkan
sikap-sikap yang kurang wajar, seperti : acuh tak acuh, menentang, pura-pura,
berdusta, dan lain sebagainya.
5.
Menunjukkan
tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, dating terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, mengasingkan diri, tersisih, tidak mau bekerja sama, dan
sebagainya.
6.
Menunjukkan
gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung,
pemarah, tidak atau kurang gembira dalam situasi tertentu, misalnya dalam
menghadapi/ memperoleh nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau
menyesal.
7.
Anak
didik tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya
meraih prestasi belajar tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi
belajar rendah (Djamarah, 2008 : 247).
C.
Macam - Macam Kesulitan Belajar
Kesulitan
belajar yang dirasakan anak didik bermacam-macam. Djamarah (2008 : 234)
mengelompokkan kesulitan belajar menjadi empat macam, yaitu:
1.
Dilihat
dari jenis kesulitan belajar
a)
Ada
yang berat ; ADHD (sulit fokus akibat terlalu aktif/hyperactive)
b)
Ada
yang sedang ; Dyseleksia (sulit membaca), Dysgraphia (sulit menulis),
Dyscalculia (sulit menghitung)
2.
Dilihat
dari mata pelajaran yang dipelajari
a)
Ada
yang sebagian mata pelajaran ; Mata pelajaran IPA atau IPS
b)
Ada
yang mata pelajaran tertentu ; Matematika, Fisika, Kimia, Sejarah
3.
Dilihat
dari sifat kesulitannya
a)
Ada
yang sifatnya menetap ; autisme
b)
Ada
yang sifatnya sementara ; kesulitan dalam CALISTUNG (membaca, menulis dan
menghitung)
4.
Dilihat
dari segi faktor penyebabnya
a)
Ada
yang karena faktor intelegensi ; underachiever (IQ tinggi, prestasi
rendah), slow learner (lambat belajar)
b)
Ada
yang karena faktor non-intelegensi ; malas belajar, tidak ada motivasi,
dukungaan orang tua, dan sebagainya
D.
Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Ada
banyak faktor yang menyebabkan anak berkesulitan dalam belajar baik di rumah
maupun di sekolah. Faktor-faktor ini secara otomatis sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa di sekolah. Menurut para ahli pendidikan (dalam
Irianti, 2013 : 60), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu faktor yang terdapat dalam diri dan faktor yang terdapat di luar diri
siswa.
1. Faktor Internal (dari dalam diri siswa)
a.
Kurangnya
kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik
Kemampuan
dasar (intelegensi) merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasi belajar
yag diharapkan. Jika kemampuan dasar rendah, maka hasil belajar rendah,
sehingga menimbulkan kesulitan dalam belajar. Clark (dalam Irianti, 2013 : 60)
mengemukakan bahwa “hasil belajar siswa di sekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan
siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.
b.
Kurangnya
bakat khusus untuk situasi belajar tertentu
Sebagaimna
halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah untuk mencapai hasil belajar
tertentu. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu kegiatan
belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar. Sumardi Suryabrata
(dalam Irianti, 2013 : 60) mengatakan bahwa “sesorang akan lebih berhasil kalau
ia belajar dalam lapangan sesuai dengan bakatnya, demikian pula dalam lapangan
kerja, seseorang akan lebih berhasil kalau dia bekerja dalam lapangan yang
sesuai bakatnya”.
c.
Kurangnya
motivasi belajar dari dalam dirinya
Persaingan
yang sehat baik antar individu maupaun antar kelompok dapat meningkatkan
motivasi belajar peserta didik.
d.
Situasi
pribadi terutama emosional yang dihadapi pada waktu tertentu.
Kondisi
ini dapat menimbulkan kesulita belajar, misalnya konflik yang dialaminya,
kesedihan, tekanan batin di rumah, dan lain sebagainya.
e.
Faktor
jasmaniah yang tidak mendukung kegiatan belajar
Hal
ini meliputi gangguan kesehatan, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,
cacat tubuh dan lain sebagainya.
f.
Faktor
hereditas (bawaan) yang tidak mendukung kegiatan belajar
Hal
ini meliputi buta warna, kidal, latah, penggugup, penakut, gagap, dan lain
sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar diri siswa)
a. Faktor lingkungan sekolah
Faktor
lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi siswa dalam situasi belajar,
seperti : cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang akan
dipelajari, perlengkapan belajar yang tidak memadai, teknik evaluasi yang
kurang tepat, ruang belajar yang tidak nyaman, situasi sosial sekolah yang
kurang mendukung dan lain sebagainya.
b. Situasi dalam keluarga
Situasi
ini meliputi kondisi keluarga yang tidak harmonis (broken home), kurangnya
motivasi dan perhatian dari orang tua karena sibuk dengan pekerjaan, kurangnya
contoh dari orang tua yang bisa dijadikan teladan.
c. Situasi lingkungan sosial
Situasi ini
meliputi pengaruh negative dari pergaulan, situasi masyarakat yang kacau,
gangguan kebudayaan, fil, bacaan, permainan/game, play station, computer/
laptop, dan sebagainya
Sedangkan menurut Dalyono (1997:239) menjelaskan faktor-faktor yang
menimbulkan kesulitan dalam belajar, yaitu faktor intern atau faktor dari dalam
diri siswa sendiri dan faktor ekstern yaittu faktor yang timbul dari luar
siswa.
1.
Faktor
Intern
a) Sebab yang bersifat fisik : karena sakit, karena kurang sehat atau sebab
cacat tubuh.
b) Sebab yang bersifat karena rohani : intelegensi, bakat, minat, motivasi,
faktor kesehatan mental, tipe-tipe khusus seorang pelajar.
2.
Faktor
Ekstern
a) Faktor Keluarga, yaitu tentang bagaimana cara mendidik anak, hubungan
orang tua dengan anak.
b) Faktor suasana : suasana sangat gaduh atau ramai.
c) Faktor ekonomi keluarga : keadaan yang kurang mampu.
d) Faktor Sekolah, misalnya faktor guru, guru tidak berkualitas, hubungan
guru dengan murid kurang harmonis, metode mengajar yang kurang disenangi oleh
siswa.
e) Faktor alat : alat pelajaran yang kurang lengkap.
f) Faktor tempat atau gedung : saran dan prasarana yang menunjang
proses belajar mengajar seperti meja rusak, kursi rapuh, ruangan yang kotor dan
kurang nyaman nyaman, dan sebagainya
g) Faktor kurikulum : kurikulum
yang kurang baik, misalnya bahan-bahan terlalu tinggi, pembagian yang kurang
seimbang.
h) Waktu sekolah dan disiplin kurang.
i)
Faktor
Mass Media dan Lingkungan Sosial, meliputi bioskop, TV, surat kabar, majalah,
buku-buku komik. Lingkungan sosial meliputi teman bergaul, lingkungan tetangga,
aktivitas dalam masyarakat.
Menurut S.B. Djamarah (2002:201) faktor kesulitan belajar siswa digolongkan
menjadi empat yaitu :
a)
Faktor
anak didik, antara lain berhubungan dengan kesehatan siswa seperti keadaan
fisik yang kurang menunjang dan kesehatan yang kurang baik. Selain itu faktor
lain yang termasuk di dalamnya ialah IQ yang kurang baik, bakat yang kurang
atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau diberikan oleh
guru, emosional yang kurang stabil, aktivitas belajar yang kurang, kebiasaan
belajar yang kurang baik, penyesuaian sosial yang sulit, latar belakang
pengalaman yang pahit, cita-cita yang tidak relevan, latar belakang pendidikan
yang dimasuki dengan system sosial dan kegiatan belajar mnegajar di kelas yang
kurang baik, ketahanan belajar (lama belajar) tidak sesuai dengan tuntutan
waktu belajarnya, seks atau pernikahan yang tak terkendali, pengetahuan dan
keterampilan dasar yang kurang mendukung, tidak ada motivasi dalam belajar dan
sebagainya.
b)
Faktor
sekolah, antara lain alat atau media yang kurang memadai, fasilitas sekolah
tidak mendukung, suasana sekolah yang kurang menyenangkan, waktu sekolah dan
disiplin yang kurang. Selain itu kepribadian guru yang kurang baik dan penugasan
yang tidak relevan juga menyulitkan siswa dalam penyelesaiannya, seringkali
penugasan dari guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.
Akibatnya hanya sebagian kecil anak didik bisa berhasil dengan baik dalam
belajar. Suasana sekolah yang kurang menyenangkan, ketidak berfungsian BK di
sekolah juga mempengaruhi peserta didik dalam belajar di sekolah.
c)
Faktor
keluarga, seperti kurangnya kelengkapan alat-alat belajar di rumah, kurangnya
biaya pendidikan yang disediakan orang tua, tidak adanya ruang dan tempat belajar
di rumah, ekonomi keluarga lemah atau tinggi yang membuat anak berlebih-lebihan,
kesehatan keluarga yang kurang baik, perhatian orang tua yang tidak mendukung,
kebiasaan dalam keluarga tidak menunjang, orang tua yang pilih kasih dalam
mengayomi anak, anak yang terlalu banyak membantu orang tua, dan sebagainya.
d)
Faktor
masyarakat sekitar, seperti pergaulan yang kurang bersahabat, media massa dan
elektronik dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu :(1) siswa, yang meliputi
keadaan jasmani dan rohani, perhatian, bakat, minat dan motivasi, (2) keluarga,
meliputi suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan pengertian orang tua, (3) sekolah,
yang meliputi metode mengajar, media pembelajaran, relasi guru dengan siswa,
disiplin sekolah serta sarana dan prasarana, (4) masyarakat, yang meliputi
kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa dan teman bergaul.
E.
Cara Mengenal Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Cara-cara
yang bisa dilakukan untuk mengenal anak didik yang mengalami kesulitan belajar,
antara lain:
1.
Observasi
Observasi
adalah suatu cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek.
Sambil melakukan observasi, dilaukan pencatatan terhada gejala-gejala yang
tampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk dipilih sesuai dengan tujuan
pendidikan. Data yang diperoleh misalnya : bagaiman sikap anak didik mengikuti
pelajaran? Dan bagaimana persiapan psikofisiknya dala menghadapi pelajaran yang
diberikan?.
2.
Interview
Interview
adalah suatu cara mebdapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang
yang diselidiki atau terhadap orang lain-guru, otrang tua atau teman intim anak
– yang memberikan informasi tentang orang yang diselidiki
3.
Dokumentasi
Dokumentasi
adalah suatu cara untuk mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan,
arsip-arsip, dokumen-dokumen, yang berhubungan dengan orang yang diselidiki.
Adapun data yang di dokumentasikan adalah :
a)
Riwayat
hidup anak didik
b)
Prestasi
anak didik
c)
Kumpulan
ulangan
d)
Catatan
kesehatan anak didik
e)
Buku
rappor anak didik
f)
Buku
catatan semua mata pelajaran, dan sebagainya.
4.
Tes
Diagnostik
Tes
diagnostic dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami anak
didik berdasarka hasil tes formatif sebalumnya. Tes diagnostic memerlukan
sejumlah soal untuk satu mata pelajaran yang diperkirakan merupakan kesulitan
bagi anak didik. Soal-soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan.
Tes ini biasanya dialaksanakan sebelum suatu pelajaran berjalan.
F.
Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Secara
garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi
kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui ena tahap sebagai berikut
:
1.
Pengumpulan
Data
Hal
ini dilakukan untuk menemukan sumber-sumber penyebab kesulitan belajar. Usaha
yang bisa dilakukan dalam rangka mengumpulkan data bisa menggunakan metode atau
kegiatan sebagai berikut :
a)
Kunjungan
rumah
b)
Case
Study
c)
Case
History
d)
Daftar
Pribadi
e)
Meneliti
pekerjaan anak
f)
Meneliti
tugas kelompok
g)
Melaksanakan
tes, baik tes IQ maupun tes pribadi
Dalam pelaksanaannya, semua metode itu tidak meski digunakan
bersama-sama, tetapi tergantung masalahnya, kompleks atau tidak. Semakin rumit
masalahnya, maka semakin banyak kemungkinan metode yang dapat digunakan. Jika masalahnya
sederhana, mungkin dengan satu metode sudah cukup untuk menemukan faktor apa
yang menyebabkan kesulitan belajar anak.
2.
Pengolahan
Data
Dalam
rangka mengolah data yang sifatnya masih mentah, belum dianalisis dengan
seksama, maka langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pengolahan data adalah
sebagai berikut :
a)
Identifikasi
kasus
b)
Membandingkan
antar kasus
c)
Membandingkan
dengan hasil tes
d)
Menarik
kesimpulan
3.
Diagnosis
Diagnosis
adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini
meliuti beberapa hal berikut ini :
a)
Keputusan
mengenai jenis kesulitan belajar anak didik, yaitu berat dan ringannya tingkat
kesulitan yang dirasakan anak didik.
b)
Keputusan
mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak
didik
c)
Keputusan
mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak.
Karena diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan meneliti
(memeriksa) gejala-gejalanya atau proses pemeriksaan terhadap hal yang
dipandang tidak beres, maka agar akurasi keputusan yang diambil tidak keliru
tentu saja diperlukan kecermatan dan ketelitian tinggi. Untuk mendapatkan hasil
yang meyakinkan itu, sebaiknya minta bantuan tenaga ahli dalam bidang keahlian
masing-masing, diantaranya:
a)
Dokter,
untuk mengetahui kesehatan anak.
b)
Psikolog,
untuk mengetahui tingkat IQ anak.
c)
Psikiater,
untuk mengetahui kejiwaan anak.
d)
Sosiolog,
untuk mengetahui kelainan sosial yang mungkin dialami oleh anak.
e)
Guru
kelas, untuk mengetahui perkembangan belajar anak selama di sekolah.
f)
Orang
tua anak, untuk mengetahui kebiasaan anak di rumah.
4.
Prognosis
Dalam
prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai
bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari
kesulitan belajar. Dalam penyusunan program bantuan terhadap anak didik yang
berkesulitan belajar, dapat diajukan pertayaan-pertanyaan dengan rumus 5W + 1H.
a)
Who
Siapakah
yang memberikan bantuan kepada anak?
Siapakah
yang harus mendapatkan bantuan?
b)
What
Materi
apa yang diperlukan?
Alat
bantu apa yang harus dipersiapkan?
Pendekatan
dan metode apa yang digunakan dalam
memberikan bantuan kepada anak?
c)
When
Kapan
pemebrian bantuan itu diberikan kepada anak?
Bulan
yang ke berapa?
Minggu
yang ke berapa?
d)
Where
Dimana
pemebrian itu dilaksanakan?
e)
Which
Anak
didik yang mana diprioritaskan mendapatkan bantuan lebih dahulu?
f)
How
Bagaimana
cara pemberian bantuan itu dilaksanakan?
Dengan
cara pendekatan individual ataukah pendekatan kelompok?
Bentuk
treatment yang bagaimana yang mungkin diberikan kepada anak?
5.
Treatment
Treatment
adalah perlakuan. Perlakuan disini dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada
anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah
disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang bisa diberikan, antara
lain:
a)
Melalui
bimbingan belajar individual
b)
Melalui
bimbingan belajar kelompok
c)
Melalui
remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu
d)
Melalui
bimbingan orang tua di rumah
e)
Pemberian
bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis
f)
Pemberian
bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum
g)
Pemberian
bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan karakteristik setiap
mata pelajaran
Ketepatan treatment yang diberikan kepada anak didik yang mengalami
kesulitan belajar sangat tergantung kepada ketelitian dalam pengumpulan data,
pengolahan data, dan diagnosis. Tapi bisa juga pengumpulan datanya sudah
lengkap dan pengolahan datanya dengan cermat, tetapi diagnosis yang diputuskan
keliru, disebabkan kesalahan analisis, maka treatment yang diberikan kepada
anak didik yang mengalami kesulitan belajar pun tidak akurat. Oleh karenanya,
kecermatan dan ketelitian tingkat tinggi sangat
dituntut dalam pengumpulan data, pengolahan data, dan diagnosis,
sehingga pada akhirnya treatmet benar-benar mengenai objek dan subjek
persoalan.
6.
Evaluasi
Evaluasi
dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil
dengan baik atau tidak. Kemungkinan gagal atau berhasil treatment yang diberikan
kepada anak, dapat diketahui sejauh mana kebenaran jawaban anak terhadap
item-item soal yang diberikan dalam
jumlah tertentu dan dalam materi tertentu melalui ala evaluasi ebrupa test
prestasi belajar atau achievement test.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar Edisi 2. Jakarta: Rineka Cipta.