http://i560.photobucket.com/albums/ss44/erge32/EkaSidebar.gif

Semoga bermanfaat untuk kawan-kawanku n juga bagi publik,, :)

Guidance and Counseling Riska Ratna

Monday, 8 June 2015

TUGAS - TUGAS PERKEMBANGAN USIA SEKOLAH




A.      Pengertian Tugas-Tugas Perkembangan Usia Sekolah
Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupan nya melalui beberapa periode atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap individu. Robert J. Havighust (Hurlock, 1990) seorang ahli psikologi mengatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah:
1.      Kematangan fisik
Kematangan fisik turut menentukan dalam munculnya tugas-tugas perkembangan pada periode usia-usia tertentu, di samping kondisi kesehatan dan kecacatan. Misalnya keterampilan bermain dalam kelompok pada anak SD kelas 3 sangat tergantung pada kondisi kesehatan fisik dan kematangan sosial. Anak yang cacat anggota tubuhnya (kaki atau tangan) akan mengalami kesulitan ketika melakukan kegiatan bermain, yang selanjutnya berdampak pada perkembangan sosialnya.
2.      Tuntutan masyarakat atau budaya
Tuntutan kebudayaan dalam bentuk kekuatan-kekuatan, norma hidup, harapan-harapan dalam bentuk cita-cita, nilai-nilai ideal, dan lain-lain dalam kehidupan individu yang sedang berkembang. Tuntutan kebudayaan ini mengakibatkan orang yang sedang dalam proses perkembangan harus melakukan sesuatu untuk memenuhinya agar dapat diterima dalam kelompok masyarakat budaya tersebut. Misalnya, masyarakat di kota besar mulai menyekolahkan anaknya ketika berusia tiga atau empat tahun di Kelompok Bermain ataupun Taman Kanak-kanak. Jika anak berusia lima tahun belum bersekolah akan berdampak pada diri anak. Anak merasakan ada sesuatu yang kurang lengkap, anak merasa kurang bahagia, dan akan mengalami kesulitan belajar di SD kelas 1. Keadaan ini menuntut orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka lebih awal.
3.      Nilai-nilai dan aspirasi individu
Misalnya, anak usia sekolah dasar mulai muncul kesadaraan akan perbedaan kelompok sosial dan ras, maka di usia ini ada tugas perkembangan untuk bisa menyikapi dengan tepat perbedaan tersebut. Ketika beranjak remaja muncul harapan tentang karir, sehingga muncul tugas perkembangan untuk memulai mempelajari pengetahuan dan keterampilan sebagai persiapan kerja.

Hurlock (1981) menyebut tugas – tugas perkembangan ini sebagai social expectations yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Sedangkan yang menjadi faktor munculnya tugas – tugas perkembangan menurut Hurlock, diantaranya:
1.      Adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu
2.      Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca, menulis, berhitung, dan organisasi
3.      Tuntutan dari dorongan dan cita – cita individu sendiri (psikologis) yang sedang berkembang itu sendiri : memilih teman dan pekerjaan
4.      Tuntutan norma agama; misalnya anak usia SD sudah muncul perasaan taat beribadah kepada Allah sehingga ia dapat beribadah dengan baik dan terbiasa untuk berbuat baik kepada sesama manusia.

Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat berguna. Pertama, sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Kedua, memberikan motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupannya. Ketiga, menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka jika nantinya memasuki tingkat perkembangan berikutnya.

Tugas-tugas perkembangan ada yang dapat diselesaikan dengan baik, dan ada pula yang mengalami hambatan (tidak dapat diselesaikan dengan baik) yang dapat menjadi suatu bahaya potensial. Setidaknya ada tiga macam bahaya potensial yang menjadi penghambat penyelesaian tugas-tugas perkembangan yaitu sebagai berikut.
1.      Harapan-harapan yang kurang tepat, baik individu maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku di luar kemampuan fisik maupun psikologis.
2.      Melangkahi tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu.
3.      Adanya krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke tingkatan yang lain.

B.       Jenis Tugas-Tugas Perkembangan Peserta Didik
Ada banyak tugas perkembangan individu yang harus dicapai ketika telah memasuki usianya. Tugas perkembangan itu berbeda satu sama lain tergantung pada tingkatan usia sekolah yang sedang dijalani individu. Berikut ini bebrapa jenis tugas perkembangan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik (usia sekolah), diantaranya yaitu:
1.      Jenis Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar (SD)
Charlotte Buhler (1930) dalam bukunya yang berjudul The first tear of life membagi tugas perkembangan usia SD ini menjadi dua, yaitu :
a.       Fase ketiga (6 – 8 tahun); Anak belajar bersosialisasi dengan lingkungannya.
b.      Fase keempat (9 – 12 tahun); Anak belajar mencoba, bereksperimen,bereksplorasi, yang distimulasi oleh dorongan – dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar.
Elizabeth B. Hurlock (1978) dalam bukunya Developmental Psychology juga membagi tugas perkembangan usia SD ini menjadi dua, yaitu:
a.    Masa anak (6 – 11 tahun); Anak belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b.    Masa praremaja (11 – 12 tahun); Anak belajar memberontak yang ditunjukkan dengan tingkah laku negatif.
Erik Erickson (1963) dalam bukunya Chilhood and Society membagi tugas perkembangan usia sekolah dasar menjadi 3, diantaranya:
a.       Awal masa kanak – kanak (6 – 7 tahun); Anak belajar menyesuaikan diri dengan teman sepermainannya, ia mulai bisa melakukan hal – hal kecil (berpakaian, makan) secara mandiri.
b.      Akhir masa kanak – kanak (8 – 11 tahun); Anak belajar untuk membuat kelompok dan berorganisasi.
c.       Awal masa remaja (12 tahun); Anak belajar membuang masa kanak – kanaknya dan belajar memusatkan perhatian pada diri sendiri.

Berdasarkan pendapat bebrapa ahli di atas, maka secara umum tugas-tugas  perkembangan anak SD, antara lain:
a.     Menanamkan serta mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b.    Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
c.     Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
d.    Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
e.     Belajar menjadi pribadi yang mandiri.
f.     Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan, baik untuk permainan maupun kehidupan.
g.    Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
h.    Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan.
i.      Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya.
j.      Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial serta
k.    Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.

2.      Jenis Tugas Perkembangan Anak Remaja (SMP)
Havighurst (Hurlock, 1990) mengemukakan ada sepuluh jenis tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh remaja yaitu:
a.       Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria bmaupun wanita.
b.      Mencapai peran sosial pria dan wanita.
c.       Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
d.      Mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya
e.       Mencapai jaminan kebebasan ekonomi.
f.       Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan.
g.      Persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga.
h.      Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting kompetensi kewarganegaraan.
i.        Mencapai dan mengharapkan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab.
j.        Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah laku.

3.      Jenis Tugas Perkembangan Masa Remaja Akhir (SMA/SMK)
Berikut ini tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir (SMA/SMK) yang harus diselesaikan dengan baik, antara lain:
a.       Memiliki sikap dan perilaku beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa.
b.      Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebaya.
c.       Memiliki peran sosial sebagai pria dan wanita.
d.      Menerima keadaan diri dan menggunakannya secara efektif.
e.       Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
f.       Mencapai kemandirian perilaku ekonomis.
g.      Memiliki pilihan dan persiapan untuk suatu pekerjaan.
h.      Memiliki persiapan untuk perkawinan dan hidup berkeluarga
i.        Memiliki keterampilan intelektual dan konsep yang diperlukan sebagai anggota masyarakat yang baik
j.        Memiliki perilaku sosial yang bertanggungjawab.
k.      Memiliki seperangkat nilai dan sistem etis sebagai pedoman berperilaku (Juntika Nurihsan, 1998;80-84)

4.      Jenis Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal (PT)
Berikut ini tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal (PT) yang harus diselesaikan dengan baik, antara lain:
a.       Memiliki sikap dan perilaku beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa.
b.      Memperoleh perangkat nilai sebagai pedoman berperilaku.
c.       Menerima keadaan diri dan menggunakannya secara efektif.
d.      Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita.
e.       Memiliki keterampilan intelektual, emosional, dan perilaku ekonomis.
f.       Memiliki kemapuan memilih dan mempersiapkan pekerjaan.
g.      Memiliki sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga.
h.      Memiliki kriteria calon pasangan hidup yang sesuai dengan keadaan dirinya.
i.        Menemukan kelompok sosial yang bermakna (Dwi Yuwono PS, 1998:98-114)

C.      Tugas Perkembangan Remaja Berkenaan Kehidupan Keluarga
Tugas perkembangan remaja merupakan suatu proses yang wajib dikerjakan oleh remaja dalam menghadapi proses perkembangan yang berlangsung di dalam dirinya. Tugas perkembangan remaja ini sangatlah banyak, tergantung para ahli yang menguraikannya. Secara teoretis, masa remaja dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama adalah pubertas dan fase kedua adalah adolesens. Fase pertama menitikberatkan pada perkembangan fisik dan seksual, serta pengaruhnya terhadap gejala-gejala psikososial. Sedangkan fase kedua menitikberatkan pada aspek-aspek nilai-nilai moral, pandangan hidup dan hubungan kemasyarakatan (Siti Rahayu Haditono, 1991).

Tugas perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan berkeluarga menitikberatkan pada masa remaja fase kedua yaitu fase adolesens. Pada fase adolesens, tugas perkembangan yang berkaitan dengan kehidupan berkeluarga merupakan tugas yang sangat penting dan harus diselesaikan dengan baik meskipun dirasakan sangat berat. Ini cukup beralasan karena selama tahun pertama dan kedua perkawinan, pasangan muda harus melakukan penyesuaian diri satu sama lain terhadap anggota keluarga masing-masing. Sementara itu ketegangan emosional masih sering timbul pada mereka.

Berikut ini ada beberapa unsur yang paling penting bagi kebahagiaan perkawinan dalam kehidupan berkeluarga, yaitu:
1.      Penyesuaian dengan pasangan
2.      Penyesuaian seksual
3.      Penyesuaian keuangan, dan
4.      Penyesuaian dengan pihak keluarga masing-masing
Berkaitan dengan empat penyesuaian diri remaja dalam kehidupan keluarga dan perkawinan, ada sejumlah faktor yang mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut:
1.      Faktor yang memengaruhi penyesuaian terhadap pasangan ialah konsep tentang pasangan yang ideal, pemenuhan kebutuhan, kesamaan latar belakang, minat, kepentingan bersama, kepuasan nilai, konsep peran, dan perubahan dalam pola hidup.
2.      Faktor penting yang memengaruhi penyesuaian seksual ialah perilaku seksual, pengalaman seksual masa lalu, dorongan seksual, pengalaman seksual marital awal, serta sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi.
3.      Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan pihak keluarga pasangan ialah seterotipe tradisional, keinginan untuk mandiri, fanatisme keluarga, mobilitas sosial, anggota keluarga berusia lanjut, dan bantuan keluarga untuk keluarga pasangan.
Masih dalam konteks penyesuaian diri dalam kehidupan berkeluarga dan perkawinan, ada sejumlah criteria keberhasilan penyesuaian kehidupan berkeluarga dan perkawinan, yaitu:
1.      Kebahagiaan pasangan suami istri
2.      Hubungan yang baik antara anak dan orang tua
3.      Penyesuaian yang baik dari anak-anak
4.      Kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat
5.      Kebersamaan
6.      Penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan
7.      Penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan
Didalam menghadapi kehidupan berkeluarga setidaknya remaja mengerti dengan 3 hal yaitu mengenai pengertian kehidupan berkeluarga, timbulnya cinta dan jatuh cinta serta masyarakat dan perkawinan. Dimana, jika remaja dapat memahami ketiga hal tersebut maka sedikit banyak akan membantu menyelesaikan tugas perkembangannya yang berkenaan dengan kehidupan berkeluarga.
a.      Pengertian kehidupan berkeluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu rumah. kehidupan menurut beberapa tokoh adalah:
1)      Mitch Axelrod
Kehidupan merupakan sebuah perjalanan untuk dijalani dan dinikmati.
2)      J. C. Michaels
Kehidupan adalah perjalanan luar biasa menuju wilayah tak dikenal, sebuah jalur penuh tipu daya melalui hutan - hutan gelap, sebuah tirai gantung di atas kulit pohon yang bercabang – cabang.
Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan keluarga berarti perjalanan untuk dinikmati oleh suatu kelompok dari masyarakat. Di dalam keluarga ada anak, yang lambat laun akan semakin tumbuh menjadi dewasa dan akhirnya berkeluarga juga. Diantara fase anak-anak menjadi dewasa ada yang dinamakan fase Remaja. Secara biologis, pertumbuhan remaja telah mencapai kematangan seksual yang berarti bahwa secara biologis remaja telah siap melakukan fungsi produksi.

Secara biologis pertumbuhan remaja telah mencapai kematangan seksual, yang berarti bahwa secara biologis remaja telah siap melakukan fungsi produksi. Kematangan fungsi seksual tersebut berpengaruh terhadap dorongan seksual remaja dan telah mulai tertarik kepada lawan jenis. Garrison menyatakan bahwa dorongan seksual pada masa remaja adalah cukup kuat, sehingga perlu dipersiapkan secara matang tentang hal-hal yang berhubungan dengan perkawinan, karena masalah tersebut mendasari pemikiran mereka untuk mulai menetapkan pasangan hidupnya. Berkenaan dengan upaya untuk menetapkan pilihan pasangan hidup, perkembangan social psikologis remaja ditandai dengan upaya menarik lawan jenis dengan berbagi cara ditunjukan dalam bentuk perilaku.

b.      Timbulnya cinta dan Jatuh Cinta
Hampir setiap pemuda mempunyai dua tujuan utama, pertama menemukan jenis pekerjaan yang sesuai ,kedua menikah dan membangun sebuah rumah tangga. Mulai saat itu lelaki atau wanita telah berangan-angan untuk menemukan pasangan yang ideal. Gejala prilaku setiap orang yang jatuh cinta tidak selalu sama dan mungkin seorang remaja telah memulai mempelajari peran seksual lebih baik di bandingkan remaja lain dan sebaliknya.

Menurut Garrison (1954:483) bahwa seorang remaja akan mengalami “jatuh cinta” didalam kehidupannya setelah mencapai belasan tahun. Jatuh cinta merupakan salah satu penyakit hati dimana perasaan itu muncul secara tiba-tiba terutama dengan lawan jenis. Mulai saat itu laki-laki atau wanita mulai berangan – angan untuk menemukan pasangan hidup yang ideal. Sedangkan pengertian cinta itu sendiri adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda lainnya.

Para ahli ilmu jiwa sosial sependapat bahwa konsepsi yang menentukan saling tertariknya antara person relevan dengan upaya menciptakan hubungan yang akrab dan hal itu berlangsung dalam kurun waktu yang relative panjang. Hal ini dipengaruhi banyak hal antara lain: penampilan masa kini, antisipasi masa depan, pertimbangan biaya, dan hal yang berkaitan dengan peranan masing-masing pihak dalam mengawali dan menjaga hubungan satu sama lain. Secord dan Backman menyatakan bahwa menciptakan hubungan yang intim, dicapai melalui tiga tahap, yaitu : a) tahap eksplorasi b) Tahap penawaran c) Tahap komitmen.

Dapat diidentifikasi akan perubahan-perubahan perilaku remaja dalam melakukan pergaulan dengan lawan jenis. Perubahan perilaku ini telah dikemukakan secara ringkas oleh Burgess dan Hustob sebagai berikut:
1)      Mereka lebih sering berhubungan dalam periode waktu yang agak lama.
2)      Mereka mencapai pendekatan bila berpisah dan merasa ada peningkatan berhubungan bila bertemu kembali.
3)      Mereka terbuka satu sama lain tentang perasaan yang mereka rahasiakan dan secara fisik menunjukan keakraban.
4)      Mereka menjadi lebih terbiasa dan saling berbagi perasaan suka dan duka
5)      Mereka mengembangkan sistem komunikasi mereka sendiri, dan komunikasi itu meningkat lebih efisien.

c.       Masyarakat dan Perkawinan
Pemilihan pasangan hidup yang berakhir dengan perkawinan, berarti merupakan pertanda terbentuknya inti kekeluargaan atau perluasan atau kelanjutan tentang pemekaran keluarga. Perkawinan antara laki-laki dan wanita tidak dengan begitu saja dapat terjadi, walaupun masing-masing dapat berpendapat bahwa hal itu dirasakan sebagai hal yang “bebas”. Kenyataannya setiap masyarakat didunia memiliki norma berkenaan dengan masalah perkawinan. Dengan pengertian ini berarti bahwa perkawinan antara pria dan wanita bukan saja masalah yang didorong oleh faktor biologis, melainkan diatur oleh berbagai aturan atau norma yang berlaku didalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Eshlemandan Cashion (1983:311) menyatakan bahwa norma perkawinan yang berlaku disetiap masyarakat dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu exogamy dan indogamy. Dalam exogamy, norma yang hampir berlaku secara universal, seperti larangan kawin antara laki-laki dan wanita dari satu ibu, satu bapak, perkawinan antara saudara sekandung, perkawinan antar saudara sepupu, perkawinan sama jenis, dan sebagainya.

Di samping faktor fisik (biologis) dan psikologis, faktor-faktor lain yang dijadikan pertimbangan dalam menetapkan calon pasangan hidup adalah kesamaan-kesamaan dalam hal : ras, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi. Khusus tentang faktor sosial ekonomi mencakup berbagai aspek, antara lain misalnya menyangkut masalah pergaulan dan pekerjaan. Remaja telah banyak memiliki pengalaman dan memperhatikan serta belajar dari keadaan lingkungan. Lingkungan kehidupan keluarag yang digelar di  lingkungannya sangat majemuk. Baik dilihat dari kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, maupun agama dan kebudayaan. Atas dasar itu, secara psikologis remaja banyak menerima pengaruh dari lingkungan tentang kehidupan berkeluarga. Hal semacam ini dengan sendirinya akan dapat membentuk sikap dan cita-cita tentang kehidupan berkeluarga (yang dibayangkan) dimasa yang akan datang dan berpengaruh dalam kriteria penetapan pasangan hidupnya. 

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2006. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara.
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Pustaka Setia.
Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Sunarto. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta.

Situs Web:
 

No comments :

Post a Comment