A.
Pengertian Tugas-Tugas Perkembangan Usia Sekolah
Setiap
individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupan nya melalui beberapa
periode atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai
serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap
individu. Robert J. Havighust (Hurlock, 1990) seorang ahli psikologi mengatakan
bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu
periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan
fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas
berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan
kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Adapun yang menjadi sumber
dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah:
1.
Kematangan
fisik
Kematangan
fisik turut menentukan dalam munculnya tugas-tugas perkembangan pada periode
usia-usia tertentu, di samping kondisi kesehatan dan kecacatan. Misalnya
keterampilan bermain dalam kelompok pada anak SD kelas 3 sangat tergantung pada
kondisi kesehatan fisik dan kematangan sosial. Anak yang cacat anggota tubuhnya
(kaki atau tangan) akan mengalami kesulitan ketika melakukan kegiatan bermain,
yang selanjutnya berdampak pada perkembangan sosialnya.
2.
Tuntutan
masyarakat atau budaya
Tuntutan
kebudayaan dalam bentuk kekuatan-kekuatan, norma hidup, harapan-harapan
dalam bentuk cita-cita, nilai-nilai ideal, dan lain-lain dalam kehidupan
individu yang sedang berkembang. Tuntutan kebudayaan ini mengakibatkan orang
yang sedang dalam proses perkembangan harus melakukan sesuatu untuk memenuhinya
agar dapat diterima dalam kelompok masyarakat budaya tersebut. Misalnya, masyarakat
di kota besar mulai menyekolahkan anaknya ketika berusia tiga atau empat tahun
di Kelompok Bermain ataupun Taman Kanak-kanak. Jika anak berusia lima tahun
belum bersekolah akan berdampak pada diri anak. Anak merasakan ada sesuatu yang
kurang lengkap, anak merasa kurang bahagia, dan akan mengalami kesulitan
belajar di SD kelas 1. Keadaan ini menuntut orang tua untuk menyekolahkan
anak-anak mereka lebih awal.
3.
Nilai-nilai
dan aspirasi individu
Misalnya,
anak usia sekolah dasar mulai muncul kesadaraan akan perbedaan kelompok sosial
dan ras, maka di usia ini ada tugas perkembangan untuk bisa menyikapi dengan
tepat perbedaan tersebut. Ketika beranjak remaja muncul harapan tentang karir,
sehingga muncul tugas perkembangan untuk memulai mempelajari pengetahuan dan
keterampilan sebagai persiapan kerja.
Hurlock
(1981) menyebut tugas – tugas perkembangan ini sebagai social
expectations yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya
menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang
disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Sedangkan yang
menjadi faktor munculnya tugas – tugas perkembangan menurut Hurlock,
diantaranya:
1.
Adanya
kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu
2.
Tuntutan
masyarakat secara kultural : membaca, menulis, berhitung, dan organisasi
3.
Tuntutan
dari dorongan dan cita – cita individu sendiri (psikologis) yang sedang
berkembang itu sendiri : memilih teman dan pekerjaan
4.
Tuntutan
norma agama; misalnya anak usia SD sudah muncul perasaan taat beribadah kepada
Allah sehingga ia dapat beribadah dengan baik dan terbiasa untuk berbuat baik
kepada sesama manusia.
Tugas-tugas
perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat berguna. Pertama, sebagai
petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari
mereka pada usia-usia tertentu. Kedua, memberikan motivasi kepada setiap
individu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial pada usia
tertentu sepanjang kehidupannya. Ketiga, menunjukkan kepada setiap individu
tentang apa yang mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka
jika nantinya memasuki tingkat perkembangan berikutnya.
Tugas-tugas
perkembangan ada yang dapat diselesaikan dengan baik, dan ada pula yang
mengalami hambatan (tidak dapat diselesaikan dengan baik) yang dapat menjadi
suatu bahaya potensial. Setidaknya ada tiga macam bahaya potensial yang menjadi
penghambat penyelesaian tugas-tugas perkembangan yaitu sebagai berikut.
1.
Harapan-harapan
yang kurang tepat, baik individu maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku
di luar kemampuan fisik maupun psikologis.
2.
Melangkahi
tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan menguasai
tugas-tugas tertentu.
3.
Adanya
krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke tingkatan yang
lain.
B.
Jenis Tugas-Tugas Perkembangan Peserta Didik
Ada banyak tugas perkembangan individu yang
harus dicapai ketika telah memasuki usianya. Tugas perkembangan itu berbeda
satu sama lain tergantung pada tingkatan usia sekolah yang sedang dijalani
individu. Berikut ini bebrapa jenis tugas perkembangan sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik (usia sekolah), diantaranya yaitu:
1. Jenis
Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar (SD)
Charlotte
Buhler (1930) dalam bukunya yang berjudul The first tear of life membagi
tugas perkembangan usia SD ini menjadi dua, yaitu :
a. Fase ketiga (6 – 8 tahun); Anak belajar bersosialisasi dengan
lingkungannya.
b. Fase keempat (9 – 12 tahun); Anak belajar mencoba,
bereksperimen,bereksplorasi, yang distimulasi oleh dorongan – dorongan
menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar.
Elizabeth B. Hurlock (1978) dalam bukunya Developmental
Psychology juga membagi tugas perkembangan usia SD ini menjadi dua,
yaitu:
a.
Masa
anak (6 – 11 tahun); Anak belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b.
Masa
praremaja (11 – 12 tahun); Anak belajar memberontak yang ditunjukkan dengan
tingkah laku negatif.
Erik Erickson (1963) dalam bukunya Chilhood and Society membagi
tugas perkembangan usia sekolah dasar menjadi 3, diantaranya:
a. Awal masa kanak – kanak (6 – 7 tahun); Anak belajar menyesuaikan
diri dengan teman sepermainannya, ia mulai bisa melakukan hal – hal kecil
(berpakaian, makan) secara mandiri.
b. Akhir masa kanak – kanak (8 – 11 tahun); Anak belajar untuk membuat
kelompok dan berorganisasi.
c. Awal masa remaja (12 tahun); Anak belajar membuang masa kanak –
kanaknya dan belajar memusatkan perhatian pada diri sendiri.
Berdasarkan pendapat bebrapa ahli di atas, maka secara umum
tugas-tugas perkembangan anak SD, antara
lain:
a. Menanamkan
serta mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
b. Mengembangkan keterampilan
dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
c. Mengembangkan
konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
d. Belajar bergaul
dan bekerja dengan kelompok sebaya.
e. Belajar menjadi
pribadi yang mandiri.
f. Mempelajari
keterampilan fisik sederhana yang diperlukan, baik untuk permainan maupun
kehidupan.
g. Mengembangkan
kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
h. Membina hidup
sehat untuk diri sendiri dan lingkungan.
i. Belajar
menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya.
j. Mengembangkan
sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial serta
k. Mengembangkan
pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.
2. Jenis
Tugas Perkembangan Anak Remaja (SMP)
Havighurst (Hurlock, 1990) mengemukakan ada
sepuluh jenis tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh remaja
yaitu:
a. Mencapai
hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria bmaupun wanita.
b. Mencapai peran sosial
pria dan wanita.
c. Menerima
keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
d. Mencari kemandirian
emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya
e. Mencapai jaminan
kebebasan ekonomi.
f. Memilih dan
menyiapkan lapangan pekerjaan.
g. Persiapan untuk
memasuki kehidupan berkeluarga.
h. Mengembangkan
keterampilan intelektual dan konsep yang penting kompetensi kewarganegaraan.
i.
Mencapai dan mengharapkan tingkah laku sosial yang
bertanggung jawab.
j.
Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan
sistem etika sebagai pedoman tingkah laku.
3. Jenis
Tugas Perkembangan Masa Remaja Akhir (SMA/SMK)
Berikut ini tugas-tugas perkembangan masa
remaja akhir (SMA/SMK) yang harus diselesaikan dengan baik, antara lain:
a.
Memiliki sikap dan perilaku beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa.
b.
Mencapai hubungan sosial yang lebih matang
dengan teman sebaya.
c.
Memiliki peran sosial sebagai pria dan wanita.
d.
Menerima keadaan diri dan menggunakannya secara
efektif.
e.
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua
dan orang dewasa lainnya.
f.
Mencapai kemandirian perilaku ekonomis.
g.
Memiliki pilihan dan persiapan untuk suatu
pekerjaan.
h.
Memiliki persiapan untuk perkawinan dan hidup
berkeluarga
i.
Memiliki keterampilan intelektual dan konsep
yang diperlukan sebagai anggota masyarakat yang baik
j.
Memiliki perilaku sosial yang bertanggungjawab.
k.
Memiliki seperangkat nilai dan sistem etis
sebagai pedoman berperilaku (Juntika Nurihsan, 1998;80-84)
4. Jenis
Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal (PT)
Berikut ini tugas-tugas perkembangan masa
dewasa awal (PT) yang harus diselesaikan dengan baik, antara lain:
a.
Memiliki sikap dan perilaku beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan yang Maha Esa.
b.
Memperoleh perangkat nilai sebagai pedoman
berperilaku.
c.
Menerima keadaan diri dan menggunakannya secara
efektif.
d.
Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita.
e.
Memiliki keterampilan intelektual, emosional,
dan perilaku ekonomis.
f.
Memiliki kemapuan memilih dan mempersiapkan
pekerjaan.
g.
Memiliki sikap positif terhadap pernikahan dan
hidup berkeluarga.
h.
Memiliki kriteria calon pasangan hidup yang
sesuai dengan keadaan dirinya.
i.
Menemukan kelompok sosial yang bermakna (Dwi
Yuwono PS, 1998:98-114)
C.
Tugas Perkembangan Remaja Berkenaan Kehidupan Keluarga
Tugas perkembangan remaja merupakan suatu proses yang wajib
dikerjakan oleh remaja dalam menghadapi proses perkembangan yang berlangsung di
dalam dirinya. Tugas perkembangan remaja ini sangatlah banyak, tergantung para
ahli yang menguraikannya. Secara teoretis, masa remaja dapat dibagi menjadi dua
fase, yaitu fase pertama adalah pubertas dan fase kedua adalah adolesens. Fase
pertama menitikberatkan pada perkembangan fisik dan seksual, serta pengaruhnya
terhadap gejala-gejala psikososial. Sedangkan fase kedua menitikberatkan pada
aspek-aspek nilai-nilai moral, pandangan hidup dan hubungan kemasyarakatan
(Siti Rahayu Haditono, 1991).
Tugas perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan
berkeluarga menitikberatkan pada masa remaja fase kedua yaitu fase adolesens.
Pada fase adolesens, tugas perkembangan yang berkaitan dengan kehidupan
berkeluarga merupakan tugas yang sangat penting dan harus diselesaikan dengan
baik meskipun dirasakan sangat berat. Ini cukup beralasan karena selama tahun
pertama dan kedua perkawinan, pasangan muda harus melakukan penyesuaian diri
satu sama lain terhadap anggota keluarga masing-masing. Sementara itu
ketegangan emosional masih sering timbul pada mereka.
Berikut ini ada beberapa unsur yang paling penting bagi
kebahagiaan perkawinan dalam kehidupan berkeluarga, yaitu:
1.
Penyesuaian dengan pasangan
2.
Penyesuaian seksual
3.
Penyesuaian keuangan, dan
4.
Penyesuaian dengan pihak keluarga masing-masing
Berkaitan dengan empat penyesuaian
diri remaja dalam kehidupan keluarga dan perkawinan, ada sejumlah faktor yang
mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor yang memengaruhi penyesuaian
terhadap pasangan ialah konsep tentang pasangan yang ideal, pemenuhan
kebutuhan, kesamaan latar belakang, minat, kepentingan bersama, kepuasan nilai,
konsep peran, dan perubahan dalam pola hidup.
2. Faktor penting yang memengaruhi
penyesuaian seksual ialah perilaku seksual, pengalaman seksual masa lalu,
dorongan seksual, pengalaman seksual marital awal, serta sikap terhadap
penggunaan alat kontrasepsi.
3. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian
diri dengan pihak keluarga pasangan ialah seterotipe tradisional, keinginan
untuk mandiri, fanatisme keluarga, mobilitas sosial, anggota keluarga berusia
lanjut, dan bantuan keluarga untuk keluarga pasangan.
Masih dalam konteks penyesuaian diri
dalam kehidupan berkeluarga dan perkawinan, ada sejumlah criteria keberhasilan
penyesuaian kehidupan berkeluarga dan perkawinan, yaitu:
1. Kebahagiaan pasangan suami istri
2. Hubungan yang baik antara anak dan
orang tua
3. Penyesuaian yang baik dari anak-anak
4. Kemampuan untuk memperoleh kepuasan
dari perbedaan pendapat
5. Kebersamaan
6. Penyesuaian yang baik dalam masalah
keuangan
7. Penyesuaian yang baik dari pihak
keluarga pasangan
Didalam menghadapi kehidupan
berkeluarga setidaknya remaja mengerti dengan 3 hal yaitu mengenai pengertian
kehidupan berkeluarga, timbulnya cinta dan jatuh cinta serta masyarakat dan
perkawinan. Dimana, jika remaja dapat memahami ketiga hal tersebut maka sedikit
banyak akan membantu menyelesaikan tugas perkembangannya yang berkenaan dengan
kehidupan berkeluarga.
a.
Pengertian kehidupan berkeluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu rumah. kehidupan menurut beberapa tokoh adalah:
1) Mitch
Axelrod
Kehidupan merupakan sebuah perjalanan untuk dijalani dan
dinikmati.
2)
J. C. Michaels
Kehidupan
adalah perjalanan luar biasa menuju wilayah tak dikenal, sebuah jalur penuh
tipu daya melalui hutan - hutan gelap, sebuah tirai gantung di atas kulit pohon
yang bercabang – cabang.
Dari pendapat tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kehidupan keluarga berarti perjalanan untuk dinikmati oleh
suatu kelompok dari masyarakat. Di dalam keluarga ada anak, yang lambat laun
akan semakin tumbuh menjadi dewasa dan akhirnya berkeluarga juga. Diantara fase
anak-anak menjadi dewasa ada yang dinamakan fase Remaja. Secara biologis, pertumbuhan
remaja telah mencapai kematangan seksual yang berarti bahwa secara biologis
remaja telah siap melakukan fungsi produksi.
Secara
biologis pertumbuhan remaja telah mencapai kematangan seksual, yang berarti
bahwa secara biologis remaja telah siap melakukan fungsi produksi. Kematangan
fungsi seksual tersebut berpengaruh terhadap dorongan seksual remaja dan telah
mulai tertarik kepada lawan jenis. Garrison menyatakan bahwa dorongan seksual
pada masa remaja adalah cukup kuat, sehingga perlu dipersiapkan secara matang
tentang hal-hal yang berhubungan dengan perkawinan, karena masalah tersebut
mendasari pemikiran mereka untuk mulai menetapkan pasangan hidupnya. Berkenaan
dengan upaya untuk menetapkan pilihan pasangan hidup, perkembangan social
psikologis remaja ditandai dengan upaya menarik lawan jenis dengan berbagi cara
ditunjukan dalam bentuk perilaku.
b.
Timbulnya cinta dan Jatuh Cinta
Hampir setiap pemuda mempunyai dua tujuan utama, pertama
menemukan jenis pekerjaan yang sesuai ,kedua menikah dan membangun sebuah rumah
tangga. Mulai saat itu lelaki atau wanita telah berangan-angan untuk menemukan
pasangan yang ideal. Gejala prilaku setiap orang yang jatuh cinta tidak selalu
sama dan mungkin seorang remaja telah memulai mempelajari peran seksual lebih
baik di bandingkan remaja lain dan sebaliknya.
Menurut Garrison (1954:483) bahwa seorang remaja akan
mengalami “jatuh cinta” didalam kehidupannya setelah mencapai belasan tahun. Jatuh
cinta merupakan salah satu penyakit hati dimana perasaan itu muncul secara
tiba-tiba terutama dengan lawan jenis. Mulai saat itu laki-laki atau wanita
mulai berangan – angan untuk menemukan pasangan hidup yang ideal. Sedangkan
pengertian cinta itu sendiri adalah suatu perasaan
yang positif dan diberikan pada manusia atau benda lainnya.
Para ahli ilmu jiwa sosial sependapat bahwa konsepsi yang
menentukan saling tertariknya antara person relevan dengan upaya menciptakan
hubungan yang akrab dan hal itu berlangsung dalam kurun waktu yang relative
panjang. Hal ini dipengaruhi banyak hal antara lain: penampilan masa kini,
antisipasi masa depan, pertimbangan biaya, dan hal yang berkaitan dengan peranan
masing-masing pihak dalam mengawali dan menjaga hubungan satu sama lain. Secord
dan Backman menyatakan bahwa menciptakan hubungan yang intim, dicapai melalui
tiga tahap, yaitu : a) tahap eksplorasi b) Tahap penawaran c) Tahap komitmen.
Dapat diidentifikasi akan perubahan-perubahan perilaku
remaja dalam melakukan pergaulan dengan lawan jenis. Perubahan perilaku ini
telah dikemukakan secara ringkas oleh Burgess dan Hustob sebagai berikut:
1) Mereka lebih sering berhubungan
dalam periode waktu yang agak lama.
2)
Mereka mencapai pendekatan bila berpisah dan merasa ada
peningkatan berhubungan bila bertemu kembali.
3)
Mereka terbuka satu sama lain tentang perasaan yang mereka
rahasiakan dan secara fisik menunjukan keakraban.
4)
Mereka menjadi lebih terbiasa dan saling berbagi perasaan
suka dan duka
5)
Mereka mengembangkan sistem komunikasi mereka sendiri, dan
komunikasi itu meningkat lebih efisien.
c.
Masyarakat dan Perkawinan
Pemilihan
pasangan hidup yang berakhir dengan perkawinan, berarti merupakan pertanda
terbentuknya inti kekeluargaan atau perluasan atau kelanjutan tentang pemekaran
keluarga. Perkawinan antara laki-laki dan wanita tidak dengan begitu saja dapat
terjadi, walaupun masing-masing dapat berpendapat bahwa hal itu dirasakan
sebagai hal yang “bebas”. Kenyataannya setiap masyarakat didunia memiliki norma
berkenaan dengan masalah perkawinan. Dengan pengertian ini berarti bahwa
perkawinan antara pria dan wanita bukan saja masalah yang didorong oleh faktor
biologis, melainkan diatur oleh berbagai aturan atau norma yang berlaku didalam
kehidupan sosial kemasyarakatan. Eshlemandan Cashion (1983:311) menyatakan
bahwa norma perkawinan yang berlaku disetiap masyarakat dapat dibedakan menjadi
dua kategori, yaitu exogamy dan indogamy. Dalam exogamy, norma yang
hampir berlaku secara universal, seperti larangan kawin antara laki-laki dan
wanita dari satu ibu, satu bapak, perkawinan antara saudara sekandung, perkawinan
antar saudara sepupu, perkawinan sama jenis, dan sebagainya.
Di
samping faktor fisik (biologis) dan psikologis, faktor-faktor lain yang
dijadikan pertimbangan dalam menetapkan calon pasangan hidup adalah
kesamaan-kesamaan dalam hal : ras, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.
Khusus tentang faktor sosial ekonomi mencakup berbagai aspek, antara lain
misalnya menyangkut masalah pergaulan dan pekerjaan. Remaja telah banyak
memiliki pengalaman dan memperhatikan serta belajar dari keadaan lingkungan.
Lingkungan kehidupan keluarag yang digelar di
lingkungannya sangat majemuk. Baik dilihat dari kondisi ekonomi, tingkat
pendidikan, maupun agama dan kebudayaan. Atas dasar itu, secara psikologis
remaja banyak menerima pengaruh dari lingkungan tentang kehidupan berkeluarga.
Hal semacam ini dengan sendirinya akan dapat membentuk sikap dan cita-cita
tentang kehidupan berkeluarga (yang dibayangkan) dimasa yang akan datang dan
berpengaruh dalam kriteria penetapan pasangan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2006. Psikologi Remaja:
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara.
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung
: Remaja Rosdakarya.
Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Bandung : Pustaka Setia.
Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta :
Erlangga.
Sunarto. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Situs
Web:
http://aiiuzaiiuz-ppd.blogspot.com/2012/04/tugas-perkembangan-peserta-didik.html
diakses tanggal 20 april 2015.
http://himcyoo.wordpress.com/2011/03/21/tugas-tugas-perkembangan-sebagai-dasar-layanan-bimbingan-dan-konseling/ diakses pada tanggal 17 April 2015.
No comments :
Post a Comment