A. Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok merupakan salah satu langkah awal
terjadinya interaksi antar individu satu dengan yang lain, karena dengan
terjadinya proses pembentukan kelompok akan terpenuhi kebutuhan dalam berkelompok.
Pembentukan sebuah kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau
motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhannya. Proses pembentukan
kelompok dimulai dari adanya perasaan/persepsi yang sama untuk memenuhi
kebutuhan, dari perasaan ini akan muncul motivasi dalam memenuhi kebutuhan,
kemudian menetukan tujuan yang sama dan akhirnya terjadi interaksi, sehingga
terwujudlah sebuah kelompok. Pada tahap awal pembentukan kelompok ini akan
ditentukan kedudukan masing-masing individu, siapa yang menjadi ketua dan siapa
yang menjadi anggotanya. Dalam perjalanan kelompok akan terjadi interaksi antar
anggota yang memungkinkan terjadinya perpecahan (konflik), tapi konflik ini
biasanya bersifat sementara karena manfaat kelompok ini lebih besar, maka
anggota akan menyesuaikan diri karena kepentingan bersama dan setelah itu
perubahan kelompok akan mudah terjadi. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada saat proses pembentukan kelompok :
1.
Persepsi
Pembagian kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang berimbang, apabila ada anggota yang mempunyai tingkat intelegensi rendah, maka anggota yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang mencolok
Pembagian kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang berimbang, apabila ada anggota yang mempunyai tingkat intelegensi rendah, maka anggota yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang mencolok
2.
Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi setiap anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat, dalam mencapai tujuan kelompok.
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi setiap anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat, dalam mencapai tujuan kelompok.
3.
Tujuan
Pembentukan kelompok diantaranya adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu dengan menggunakan metode diskusi ataupun kerjasama, seahingga di sini suatu kelompok memiliki tujuan yang sama dengan tujuan anggotanya.
Pembentukan kelompok diantaranya adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu dengan menggunakan metode diskusi ataupun kerjasama, seahingga di sini suatu kelompok memiliki tujuan yang sama dengan tujuan anggotanya.
4.
Organisasi
Pengorganisasian dimaksudkan untuk mempermudah koordinasi, sehingga penyelesaian masalah kelompok menjadi lebih efektif dan efisien.
Pengorganisasian dimaksudkan untuk mempermudah koordinasi, sehingga penyelesaian masalah kelompok menjadi lebih efektif dan efisien.
5.
Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok, yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan anggota kelompok dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Kebebasan disesuaikan dengan aturan yang berlaku dalam kelompok, sehingga tidak mengganggu proses kelompok.
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok, yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan anggota kelompok dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Kebebasan disesuaikan dengan aturan yang berlaku dalam kelompok, sehingga tidak mengganggu proses kelompok.
6.
Interaksi
Interaksi/hubungan timbal balik antar anggota kelompok merupakan syarat yang penting dalam kelompok, karena dengan adanya interaksi/hubungan timbal balik akan ada proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan dari satu anggota ke anggota yang lain, sehingga transfer ilmu dapat berjalan (kebutuhan akan informasi terpenuhi).
Interaksi/hubungan timbal balik antar anggota kelompok merupakan syarat yang penting dalam kelompok, karena dengan adanya interaksi/hubungan timbal balik akan ada proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan dari satu anggota ke anggota yang lain, sehingga transfer ilmu dapat berjalan (kebutuhan akan informasi terpenuhi).
B. Teori – teori Pembentukan Kelompok
Ada beberapa teori yang dapat
dikemukakan berkaitan dengan pembentukan kelompok. yaitu:
1.
Teori
Kedekatan (Propinquity)
Teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok ini
adalah menjelaskan adanya afiliasi di antara orang – orang tertentu.
2.
Teori
Interaksi (Geome Homans)
Teori pembentukan kelompok yang lebih
komprehensif adalah suatu teori yang berasal dari George Homans. Teorinya
berdasarkan pada aktivitas-aktivitas , interaksi-interaksi, dan
sentimen-sentimen (perasaan atau emosi).
3.
Teori
Keseimbangan (Theodore Newcomb)
Salah satu teori yang agak menyeluruh. (comprehensive) penjelasannya tentang pembentukan
kelompok ialah teori keseimbangan (a
balance theory of group formation) yang dikembangkan oleh Theodore
Newcomb. Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik pada yang lain adalah didasarkan
atas kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan.
4. Teori Pertukaran
Teori lain yang sekarang ini mendapat perhatian betapa pentingnya
di dalam memahami terbentuknya kelompok ialah teori pertukaran (exchange
theoty).Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi
dalam bekerja. Teori propinquity, interaksi, keseimbangan, semuanya memainkan
peranan di dalam teori pertukaran ini.
C. Model
Kelompok dalam Layanan Bimbingan Kelompok
Menurut
Prayitno (1999: 24-25) bahwa dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok
dikenal dua jenis kelompok, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas :
1.
Kelompok bebas
Dalam
kegiatannya para anggota bebas mengemukakan segala pikiran dan perasaanya dalam
kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan mereka dalam kelompok itulah yang
menjadi pokok bahasan kelompok.
2.
Kelompok tugas
Dalam
penyelenggaraan bimbingan kelompok tugas arah dan isi kegaiatannya tidak
ditentukan oleh para anggota, melainkan diarahkan kepada penyelesaiannya suatu
tugas. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas untuk selanjutnya dibahas dan
diselesaikan oleh anggota kelompok.
D. Unsur Kuantitas dan Kualitas
Apabila
sejumlah orang (misal 25 orang ) bersama-sama berada disuatu tempat, tetapi
antara orang satu dengan yang lainya tidak saling mengenal, maka sejumlah orang
itu dapat disebut sebagai “kumpulan orang-orang”. Unsur atau ciri yang ada
didalam kumpulan orang-orang itu hanya satu, yaitu “kuantitas”. Unsur kuantitas
itu tidak membawa dampak sesuatu kepada lingkungannya maupun kepada diri mereka
sendiri,kecuali dampak berkenaan dengan
besar kecilnya bangunan fisik ke seluruhan kumpulan orang-orang itu.
Suatu dampak
tertentu akan mulai terasa , baik kedalam diri mereka sendiri maupun kepada
lingkungan , apabila dalam kumpulan orang-orang itu sudah ada sesuatu yang
lebih dari sekedar kuantitas. Ketika mereka mulai merasa ada kebersamaan
diantara merekan dan mereka saling bertanya dan menuturkan pemahaman masing
–masing, sebelum mereka berada diruangan yang mereka tempati itu. Dari suasana
seperti itu tampak bahwa unsur “kualitas”, mulai tumbuh pada kumpulan
orang-orang yang semula hanya memiliki unsur “kuantitas”.
1.
Kerumunan dan
Kelompok
Berkumpulnya
sejumlah orang yang masing-masing tidak mempunyai hubungan itu membentuk apa
yang disebut kerumunan, sedangkan berkumpulnya sejumlah orang yang saling
berkaitan satu sama lain membentuk apa yang disebut kelompok. Pada tingkat
yang paling awal, sejumlah orang berkumpul membentuk kerumunan ;
Selanjutnya
kerumunan ini dapat berkembang menjadi kelompok, yaitu apabila kerumunan itu
dimasukan ikatan-ikatan atau “kualitas” tertentu yang mengenai orang-orang yang
berkumpul itu.
Dari uraian
singkat diatas tampaklah bahwa berkumpulnya
sejumlah orang dapat membentuk suatu kerumunan,
yaitu kalau berkumpulnya orang-orang
itu disebkan karena adanya suatu kejadian
atau objek yang menarik perhatian mereka sedangkan diantara orang-orang itu tidak ada saling kaitan sama sekali.
Lebih jauh kerumunan dapat membentuk kelompok,
yaitu kalau terhadap orang-orang yang berkumpul itu berlaku hubungan atau kaitan tertentu antarorang tersebut.
Kerumunan dapat berubah menjadi kelompok, yaitu kalau unsur-unsur hubungan
antara orang-orang yang ada didalamnya ditingkatkan. Sebaliknya, suatu kelompok
dapat berubah menjadi kerumunan, yaitu
apabila unsur-unsur pengikat antara anggota kelompok makin mengendor. Kerumunan
dan kelompok dapat berubah menjadi sekedar kumpulan orang-orang belaka, yaitu
kalau unsur penarik perhatian (objek yang menimbulkan kerumunan) dan
unsur-unsur pengikat antara orang-orang yang berkumpul (yang menimbulkan
kelompok) menjadi hilang.
2. Faktor Pengikat dalam kelompok
Kumpulan orang-orang atau kerumunan dapat berubah menjadi
kelompok apabila di dalamnya muncul dan berkembang faktor-faktor pengikat, sbb:
ü Interkasi orang-orang yang ada di dalam kumpulan atau
kerumunan itu,
ü Ikatan
emosional sebagai pernyataan kebersamaan.
ü Tujuan atau
pengikat kepentingan bersama yang ingin di capai.
ü Kepemimpinan
yang di patuhi dalam rangka mencapai tujuan atau kepentingan bersama.
ü Norma yang di
akui dan di ikuti oleh mereka yang terlibat di dalamnya.
Tidak semua
kelompok harus di ikat oleh kelima faktor tersebut di atas,dan lagi kekuatan
ikatan masing-masing faktor itupun dapat tidak selalu sama.Untuk suatu kelompok
yang mantap diperlukan mantapnya kelima faktor itu sebagai jiwa dari kelompok
yang bersangkutan agar kelompok tersebut dapat mencapai tujuan atau kepentingan
bersama yang di maksudkan.Terbentuknya hanya semata-mata didasarkan oleh satu
atau dua faktor pengikat itu saja dan faktor pengikat itupun tidak kuat.
Kelompok ini tentu saja tidak merupakan kelompok yang mantap atau pun kompak.
E.
Jenis
Kelompok dan Keanggotaannya
Jenis
kelompok dibedakan atas beberapa klasifikasi, yaitu :
1. Kelompok
primer dan sekunder.
Kelompok
primer diwarnai oleh hubungan yang terus menerus diantara anggotanya, seperti
keluarga, kesatuan anak-anak sepermainan, kesatuan sekelompok remaja, dan
sebagainya. Kelompok sekunder didasarkan atas kepentingan tertentu, seperti
kelompok politik, kelompok keagamaan, kelompok para ahli, organisasi profesi,
dan kelompok sejenis lainnya.
2. Kelompok
sosial dan psikologikal.
Perbedaan
ini terutama atas dasar tujuan pokok yang ingin dicapai. Kelompok sosial tujuan
yang ingin dicapai biasanya tidak bersifat pribadi, misalnya persatuan guru,
buruh, dll. Kelompok psikologikal, biasanya lebih bersifat pribadi, seperti
kelompok anak perempuan yang memiliki nasib yang relatif sama, himpunan korban
PHK, atau korban perkosaan, dll.
3. Kelompok
terorganisasikan dan kelompok tidak terorganisasikan.
Dalam suatu kelompok yang terorganisasikan,
peran masing-masing anggota dalam organisasinya jelas dan tegas untuk mencapai
tujuan bersama. Ciri utamanya adalah adanya pemimpin yang mengatur, memberi
kemudahan, dan mengawasi dijalankannya peran oleh masing-masing anggota.
Sementara itu, dalam kelompok tidak terorganisasikan, peran masing-masing
anggota lebih bebas, tidak saling terikat pada anggota lain. Aturan-aturan
lebih fleksibel, keterikatan yang ada leih tumbuh dari anggota bukan ditetapkan
oleh atasan atau lembaga. Peran pemimpin juga tidak terlalu menonjol, dan
sebaliknya peranan pemimpin lebih ditentukan oleh selera para anggotanya.
4. Kelompok
formal dan kelompok informal.
Kelompok
formal biasanya terbentuk berdasarkan tujuan dan aturan tertentu yang bersifat
resmi, dan tertulis. Gerak kelompok formal tidak boleh menyimpang dari aturan
yang telah dibuat,seperti Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Sebaliknya
keberdadaan dan gerak kelompok informal tidak didasarkan pada hal-hal resmi,
melainkan didasarkan atas kemauan, kebebasan, dan selera orang-orang yang
terlibat didalamnya.
Sementara itu, dilihat dari keanggotaannya, anggota kelompok dapat bersifat sukarela dan tidak suka rela. Keanggotaan kelompok dalam keluarga tertentu adalah tidak sukarela, ada beberapa organisasi atau kelompok yang anggota-anggotanya terhimpun dalam kelompok itu atas dasar kedudukannya. Dalam kelompok seperti ini semua orang yang menduduki jabatan atau statusyang dimaksud mau-tidak maumenjadi anggota kelompok itu. Sebaliknya kelompok yang keanggotaannya bersifat sukarela biasanya lebih bebas dan peranan anggota lebih besar dalam menentukan gerak dan kegiatan kelompok itu.
Ada tiga alasan seseorang mau memasuki kelompok secara sukarela, yaitu :
Sementara itu, dilihat dari keanggotaannya, anggota kelompok dapat bersifat sukarela dan tidak suka rela. Keanggotaan kelompok dalam keluarga tertentu adalah tidak sukarela, ada beberapa organisasi atau kelompok yang anggota-anggotanya terhimpun dalam kelompok itu atas dasar kedudukannya. Dalam kelompok seperti ini semua orang yang menduduki jabatan atau statusyang dimaksud mau-tidak maumenjadi anggota kelompok itu. Sebaliknya kelompok yang keanggotaannya bersifat sukarela biasanya lebih bebas dan peranan anggota lebih besar dalam menentukan gerak dan kegiatan kelompok itu.
Ada tiga alasan seseorang mau memasuki kelompok secara sukarela, yaitu :
-
Dalam kelompok itu dapat dicapai tujuan atau
kepentingan pribadi yang penting, misalnya kedudukan dan penghargaan
-
Kelompok itu menyajikan
kegiatan-kegiatan yang menarik, seperti diskusi, menjelajah alam, darmawisata,
olah raga, dll
-
Dengan memasuki kelompok itu, kebutuhan-kebutuhan
tertentu dapat terpenuhi, seperti kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki,
kebutuhan untuk dikenal oleh orang lain, kebutuhan akan rasa aman, dan
sebagainya.
F.
Dinamika
Kelompok
Kelompok
yang baik adalah apabila kelompok itu diwarnai oleh semangat yagn tinggi,
kerjasama yang lancer, dan mantap serta adanya saling mempercayai diantara
anggota-anggotanya. Kelompok yang baik seperti itu, akan terjadi apabila para
anggotanya saling bersikap sebagai kawan dalam arti yang sebenarnya, mengerti
dan menerima secara positif, serta mau bekerja keras dan atau bahkan berkorban
demi kelompoknya. Berbagai kualitas positif yang tumbuh dalam kelompok itu,
bergerak dan bergulir, yang menandai dan mendorong kehidupan kelompok. Kekuatan
yang mendorong kelompok tersebut dikenal dengan dinamika kelompok.
Dinamika kelompok merupakan sebuah kondisi yang mampu menghidupkan berbagai ikatan atau factor-faktor yang mempengaruhi kekuatan dan kelemahan anggota kelompok, seperti :
Dinamika kelompok merupakan sebuah kondisi yang mampu menghidupkan berbagai ikatan atau factor-faktor yang mempengaruhi kekuatan dan kelemahan anggota kelompok, seperti :
1. Tujuan
dan kegiatan kelompok
2. Jumlah
anggota
3. Kualitas
pribadi masing-masing anggota kelompok
4. Kedudukan
kelompok
5. Kemampuan
kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk saling berhubungan sebagai
kawan, kebutuhan untuk diteruma, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan
bantuan moral, dan sebagainya.
Dinamika kelompok
merupakan sinergi dari semua factor yang ada dalam semua kelompok. Artinya
dinamika kelompok berfungsi mengerahkan secara serentak semua factor yang dapat
digerakkan dalam kelompok itu. Dengan demikian dinamika kelompok merupakan jiwa
yang menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok.
No comments :
Post a Comment