http://i560.photobucket.com/albums/ss44/erge32/EkaSidebar.gif

Semoga bermanfaat untuk kawan-kawanku n juga bagi publik,, :)

Guidance and Counseling Riska Ratna

Thursday 10 October 2013

TAHAP PERKEMBANGAN KELOMPOK



Prayitno (1995:73) mengemukakan langkah-langkah umum penyelenggaraan bimbingan dan konseling kelompok, sebagai berikut :
1.      Tahap Pembentukan
Dilihat dari prosesnya, pelaksanaan bimbingan dan konseling kelompok diawali dengan tahap pembentukan. Tahap ini merupakan tahap pengenalan dan pelibatan anggota kelompok. Sebelum perkenalan pada bagian awal dijelaskan tujuan umum, prinsip, serta prosedur kegiatan. Jangan lupa, berikan apresiasi kepada semua anggota yang hadir pada saat itu. Apresiasi dapat dilakukan dalam bentuk ucapan selamat datang dan terima kasih atas kehadirannya.

Misalnya :
” Selamat datang anak-anak, para bujang dan gadis yang sangat saya banggakan, pada pertemuan kita kali ini. Senang sekali Bapak bisa bertemu Anda, teriring harapan semuga pertemuan ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi kita semua.”

Sementara itu, agar proses perkenalan efektif, maka guru pembimbing sebaiknya memberikan contoh, sekaligus memulai proses perkenalan, misalnya :
“Seperti kalian kenal, nama Bapak Agus Mulyadi, Bapak lahir di Bandung, 42 tahun yang lalu, persisnya tanggal 3 Agustus tahun 1964. Bapak memiliki seorang istri dan empat orang anak, anak tertua Bapak sekarang sekolah di SMA Negeri 2 Cimahi kelas XI dan yang terkecil berusia empat tahun. Dalam bidang olah raga, Bapak sangat menyukai Bola Basket, sekarang Bapak tinggal di Cimahi, tepatnya Komplek Pemda II H-68. Bagaimana perkenalannya, cukup ? Ada yang mau kalian tanyakan ?”

Setelah selesai, guru pembibing selanjutnya meminta masing-masing siswa memperkenalkan dengan cara dan gayanya sendiri. Dapat diprediksi, cara siswa memperkenalkan diri akan mendekati cara guru guru memperkenalkan diri. Hal ini tentu saja sebuah kemajuan, karena biasanya ketika diminta memperkenalkan diri, mereka hanya sekedar menyebutkan namanya, sesuatu yang selama ini sudah sangat dikenal. Agar suasana lebih terasa familiar, guru pembimbing dapat memberikan lontaran-lontaran kepada siswa yagn memperkenalkan diri, misalnya ketika siswa yang memperkenalkan diri tidak menyebutkan kegemarannya, dapat dilontarkan joke ” makanan kesukaannya apa yang ?” atau ”jadi pengen tahu lagu pavoritnya Alfi ?” atau lontaran-lontan lainnya. Lontaran-lontaran tersebut dapat pula dilakuakn oleh anggota kelompok yang lain.
Posisi pemimpin kelompok sangat strategis dalam kegiatan ini. Oleh karena itu pimpinan kelompok perlu memusatkan perhatian pada :
 Penjelasan tentang tujuan kegiatan
q
 Penumbuhan rasa saling mengenal antaranggota
q
 Penumbuhan sikap saling mempercayai dan saling menerima
q
 Penggerak pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok.
q

Pada pertemuan pertama, memang harus diakui jika waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing kelompok relative lebih lama, dibandingkan pertemuan-pertemuan berikutnya. Hal ini dapat dipahami, karena pada pertemuan pertama perlu dibangun sebuah komitmen melalui pencairan suasana sekaligus penjelasan tentang tujuan serta prosedur penyelenggaraan bimbingan dan konseling kelompok. Sedangkan pada pertemuan-pertemuan kelompok berikutnya hal ini tidak perlu dilakukan secara rinci seperti ini. Akan tetapi pemberian apresiasi dari guru pembimbing, dengan cara yang khas, tetap perlu dipertahankan. Ungkapan bagaimana keadaan anggota kelompok, atau keadaan keluarga, merupakan cara efektif memeliha dan membangun hubungan antara guru pembibing dengan anggota kelompok, sekaligus menunjukkan apresiasi terhadap keadaan anggota kelompok.
Apresiasi pada pertemuan-pertemuan beritkunya dapat disajikan dengan ungkapan :

”Bagaimana keadaan kalian ? mudah-mudahan selalu diberikan kesehatan dan semangat untuk terus maju.” ”Ibu dan Bapak di rumah sehat-sehat juga kan ?”
Ungkapan seperti itu, sesungguhnya merupakan sebuah pancingan, karena bagi beberapa anggota yang kebetulan mengalami masalah, pancingan di atas biasanya akan ditindaklanjuti melalui pertemuan yang bersifat pribadi seusai pertemuan kelompok.

2.      Tahap peralihan
Setelah tahap perkenalan selesai dilakukan, langkah berikut yang harus dilakukan adalah tahap peralihan. Tahap peralihan pada hakekatnya merupakan jembatan antara tahap pembentukan dengan tahap selanjutnya, yaitu tahap kegiatan. Dengan kata lain, tahap peralihan ini merupakan tahap penegasan bahwa seluruh anggota telah memahami maksud, tujuan, dan prosedur penyelenggaraan bimbingan atau konseling kelompok, dan siap untuk aktifitas kelompok berikutnya. Pada tahap ini, pimpinan kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok pada tahap selanjutnya. Jika kelompok ini termasuk “kelompok bebas,” maka setiap anggota kelompok berhak mengajukan masalah yang menurut pendapatnya penting untuk dibahas. Sementara itu, jika kelompoknnya termasuk “kelompok tugas” maka masalah yang akan dibahas sudah disiapkan oleh pimpinan kelompok (guru pembimbing), dan para siswa diminta memberikan tanggapan dan saran-sarannya terhadap permasalahan yang diungkapkan tersebut.
Salah satu contoh ungkapan yang dapat dilontarkan pada tahap peralihan ini adalah :

“Setelah kita saling mengenal dan mengetahui tujuan bimbingan kelompok, pada tahap selanjutnya saya meminta kalian untuk dapat berpartisipasi secara aktif seperti halnya kita terbuka ketika berkenalan.’

Karena sifatnya penegasan danjembatan, maka secepat tahap ini selesai, anggota kelompok pada dasarnya sudah siap untuk melakukan pembahasan tentang materi atau topik yang akan dijadikan bahannkajian, pada tahap kegiatan.

3.      Tahap kegiatan

Tahap kegiatan merupakan tahap inti dari kegiatan bimbingan dan konseling kelompok. Pada tahap ini peran pimpinan kelompok lebih kepada mendorong, menghidupakan, dan mengarahkan dinamika kelompok. Pimpinan kelompok menjadi reflektor dan sirkulator dari proses diskusi kelompok.
Untuk “kelompok bebas,” proses kegiatan dimulai dengan memberikan kesempatan kepada masing-masing anggota kelompok mengemukakan permasalahan atau topik yang akan dibahas. Selanjutnya dihimpun, dipilih, dan disepakati dengan mempertimbangkan factor kemendesakan serta dampak yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut.
Untuk memberikan gambaran pada bagian berikut disajikan contoh, ketika guru pembimbing memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan permasalahan atau topik bimbingan

“Baik, sekarang saya meminta kalian, mengemukakan kira-kira topik atau permasalahan apa yang menurut Anda penting untuk dibahas dalam kegiatan kita kali ini. Masalah yang dikemukakan hendaknya bersifat umum bukan masalah pribadi, karena masalah pribadi akan dibahas dalam forum lain.”

“Baik siapa yang mau memulai …. ?”

Sementara itu, Untuk “Kelompok Tugas,” proses kegiatan dimulai dengan mengemukakan topik yang akan dibahas dan telah dipersiapkan oleh guru pembimbing sebelumnya. Topik ini dapat saja dianggkat dari berbagai kecenderungan prilaku yang dilakukan remaja, seperti dari hasil pengamatan, media masa, atau film.
Pengantar yang dapat dilakukan guru pembimbing, diantaranya :
“Anak-anak topik yang akan dibahas pada pertemuan kali ini berkenaan dengan upaya menciptakan lingkungan sekolah yang bebas narkoba. Kira-kira upaya apa yang menurut kalian tepat untuk kita lakukan ?”
Setelah masalah disepakati, langkah selanjutnya adalah melakukan pembahasan terhadap materi atau topik yang telah disepakati tadi. Dalam pelaksanaannya, guru pembimbing berperan untuk menstimulasi seluruh anggota agar masing-masing anggota berkontribusi, khususnya dalam memberikan pendapat atau solusi terhadap permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu, penggunaan teknik brainstorming atau curah pendapat sangat efektif digunakan.
Dengan teknik ini, pada tahap awal, setiap peserta secara bergiliran diminta mengemukakan pendapatnya, dan hanya satu pendapat atau satu solusi dari sejumlah solusi yang mungkin dapat diberikan. Hal ini ini penting dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada semua anggota secara merata, sekaligus menghindari prilaku dominatif dari satu atau dua orang anggota, yang sering terjadi dalam sebuah diskusi. Jika seorang anggota pada tahap awal ini mengemukakan lebih dari satu solusi, ada kecenderungan anggota lainnya bersuara sama dan menyetujui gagasan dari anggotanya tersebut. Ditinjau dari dimensi kedinamisan suatu kelompok dan proses bimbingan kelompok itu sendiri, jika ini dibiarkan akan membuat proses bimbingan kelompok kehilangan kedinamisannya.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah mengendalikan kecenderungan prilaku dominatif tersebut, misalnya :
”Oke, sementara cukup satu dulu ya, kita coba dengarkan pendapat anggota yang lain, bagaimana ?”

Fenomena lain yang perlu diperhatikan dalam sebuah proses kelompok, adalah terlalu cepatnya komentar diberikan terhadap sebuah pendapat. Terlebih lagi jika komentar yang diberikan, bersifat menolak atau negatif. Peran guru pembimbing sebagai reflektor dan sirkulator pembahasan, harus dimainkan secara efektif. Penggunaan kata-kata :”bagus, good ide, menarik sekali pendapatnya, gagasan yang brilian, luar biasa pendapatnya, bagaimana pendapat yang lain”, atau ungkapan-ungkapan lainnya dapat digunakan sebagai media refleksi terhadap pendapat anggota.
Penggunaan ungkapan di atas, merupakan penghargaan sekaligus memberikan kesempatan kepada kelompok untuk mengambil insiatif dalam membahas suatu permasalahan. Dengan langkah seperti ini kelompok akan semakin dinamis, dan hal seperti inilah sesungguhnya yang diharapkan dari sebuah proses bimbingan kelompok.
Berdasarkan pemikiran seperti ini maka bimbingan kelompok bukanlah sebuah pertemuan yang diisi hanya dengan memberikan informasi pada sejumlah siswa dalam sebuah kelompok. Bimbingan kelompok adalah sebuah proses membangun pemahaman dan kesadaran yang dilakukan secara dinamis dalam sebuah kelompok.

 Tahap pengakhiran

Tahap ini merupakan tahap akhir dari suatu sesi kegiatan bimbingan dan konseling kelompok. Pada tahap ini perlu disajikan kembali kesimpulan dari hasil-hasil pertemuan sekaligus mengingatkan anggota tentang agenda pertemuan selanjutnya. Dalam prosesnya, upaya menarik kesimpulan sebaiknya dilakukan oleh anggota kelompok, peran guru pembimbing lebih diarahkan pada pemberian penekanan kepada anggota untuk memelihara komitmen anggota.
Sebelum kegiatan ini berakhir, pemimpin kelompok, dalam hal ini guru pembimbing, meminta kesan-kesan dari para peserta dan kesan-kesan tersebut dapat dikaitkan dengan agenda pertemuan berikutnya, misalnya :

”Bagaimana kesan atau komentar Anda tentang kegiatan kita kali ini ?”
Jika peserta terdiam, guru pembimbing dapat menindaklanjutinya dengan pancingan pertanyaan berikut ini :
”Apakah kegiatan kita bermanfaat ? Ada komentar ?”
Jika kesan atau respon yang disampaikan peserta tidak terlalu menggembirakan, guru pembimbing dapat meminta pendapat siswa berkenaan dengan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan produktifitas kegiatan bimbingan kelompok. Sebaliknya jika respon peserta positif, maka pertanyaan berikut dapat diajukan, yaitu :

”Menurut Anda, apakah kegiatan kita ini perlu kita tindaklanjuti ?”
”Jika perlu, kapan sebaiknya pertemuan ini kita lanjutkan ?”

Mengakhiri seluruh rangkaian kegiatan ini, guru pembimbing dapat memberikan ungkapan yang membangkitkan motivasi siswa, seperti :
”Terima kasih, Anda telah berkontribusi secara produktif dalam kegiatan ini, mudah-mudahan hasil pembicaraan yang kita lakukan dapat kita tindaklanjuti dengan baik. Selamat belajar, dan tetap semangat”





Daftar Pustaka
Gazda M. George. 1984. Group Counceling A Developmental Approach, Massachusetts : Allyn and Bacon, Inc
Prayitno,1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), Jakarta: Ghalia Indonesia
Prayitno, dkk., (1997), Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah: Buku III Pelayanan Bimbingan dan Konseling SMU, Jakarta: Penebar Aksara.
Rochman Natawidjaja, 1987. Pendekatan-pendekatan dalam Penyuluhan Kelompok 1, Bandung : CV Diponegoro
Shertzer & Stone, (1980), Fundamental of Counseling, Boston: Houghton Mifflin Company.
 

No comments :

Post a Comment