A.
Kegiatan
Pendahuluan Pembelajaran
Kegiatan Awal /
Pendahuluan dalam Pembelajaran sering pula di sebut
dengan pra-instruksional. Kegiatan Awal berfungsi untuk menciptakan awal
pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Secara garis besar, berikut ini ada beberapa hal yang
harus dilakukan guru atau pembimbing di sekolah dalam kegiatan pendahuluan,
antara lain :
1. Harus
dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar
2. Dapat
menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif sehingga memungkinkan anak
akan belajar dengan baik
3. Dapat
digunakan untuk memberitahukan gambaran umum materi yang akan dipelajari
Kegiatan pendahuluan dalam
pembelajaran terbagi dalam dua kategori / bentuk, yaitu kegiatan awal
pembelajaran dan kegiatan pra pembelajaran. Kegiatan
menyiapkan siswa yang berkaitan langsung dengan materi pelajaran yang akan dipelajari disebut kegiatan
awal pembelajaran. Sedangkan Kegiatan menyiapkan siswa yang
tidak langsung berkaitan dengan materi pembelajaran. disebut kegiatan pra pembelajaran.
Kegiatan utama yang dilakukan oleh
seorang guru dalam pendahuluan pembelajaran, antara lain :
1. Penciptaan Kondisi Awal
Pembelajaran
Proses pembelajaran akan
berhasil dengan baik apabila guru
sejak awal dapat mengkondisikan kegiatan belajar secara efektif. Upaya yang
perlu dilakukan
untuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang efektif tersebut meliputi :
a)
Mengecek atau memeriksa
kehadiran siswa (presence, attendance)
Sebelum kegiatan inti
pembelajaran dimulai sebaiknya guru mengecek
atau memeriksa terlebih dahulu kehadiran siswa. Jika jumlah siswa dalam satu
kelas terhitung banyak maka perlu cara yang lebih praktis agar tidak terlalu
menyita atau menghabiskan waktu, salah satu cara yang dapat dilakukan guru
adalah dengan menanyakan atau meminta siswa yang hadir di kelas untuk menyebutkan
siswa yang tidak hadir, kemudian guru menanyakan alasan
ketidakhadiran siswa yang tidak hadir tersebut.
b)
Menumbuhkan kesiapan belajar
siswa (readiness)
Kesiapan belajar siswa
merupakan salah satu prinsip belajar
yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Ada beberapa alternatif
yang dapat dilakukan guru dalam menciptakan kesiapan belajar siswa, khususnya
yang dilakukan pada awal
pembelajaran diantaranya:
-
Membantu atau membimbing siswa
dalam mempersiapkan fasilitas dan sumber belajar yang
diperlukan dalam kegiatan belajar.
-
Menciptakan kondisi belajar
yang kondusif
dan konstruktif dalam kelas.
-
Menunjukkan sikap penuh
semangat (antusiasme) dan minat mengajar
yang tinggi.
Ada tiga hukum dalam proses belajar, diantaranya :
v Hukum
Kesiapan (law of readiness)
-
Ketika
seseorang siap melakukan suatu tindakan, maka melakukannya akan memuaskan.
-
Ketika
seseorang siap melakukan suatu tindakan, maka tidak melakukannya akan
menjengkelkan.
-
Ketika
seseorang belum siap melakukan suatu tindakan tetapi dipaksa melakukannya, maka
melakukannya akan menjengkelkan.
v Hukum
pentingnya latihan (law of exercise)
Hukum latihan
menyatakan bahwa kita belajar dengan berbuat dan lupa jika tidak berbuat.
Semakin banyak kita berlatih, maka kita akan semakin paham dan ingat tentang
sesuatu yang kita pelajari dan begitu pula sebaliknya.
v Hukum
penguatan (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat
bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi
sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan
cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu
perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak
akan diulangi.
Siswa yang belajar
sungguh-sungguh akan mendapat nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik
itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat
merupakan operan conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak
yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik
kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar yang lebih
giat. Di sini nilai jelek dan takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak
untuk belajar lebih giat, inilah yang disebut penguatan negatif.
c)
Menciptakan
suasana belajar yang demokratis
Dalam rangka menciptakan suasana
belajar yang demokratis, maka diperlukan keterampilan guru dalam mengelola
kelas. Guru harus menciptakan suasana belajar yang demokratis untuk membangun
keberanian siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan yang di ajukan,
berpendapat di depan kelas atau forum diskusi tertentu, unjuk kerja dalam tim /
kelompok, dan sebagainya.
d) Membangkitkan Motivasi belajar siswa
Motivasi terbagi menjadi dua, yaitu
motivasi intrinsic (motivasi yang berasal dari dalam / diri sendiri) dan
motivasi ekstrinsik (motivasi yang berasal dari luar/ orang lain). Dengan
adanya motivasi ini, dapat menjadikan siswa lebih bersemangat dalam belajar,
apalagi siswa telah menyadari bahwa apa yang dipelajari akan memberi manfaat
dalam kehidupannya. Contohnya: Siswa SMP yang mempelajari tentang system
reproduksi pada manusia, siswa tersebut akan termotivasi atau timbul
keingintahuannya tentang hal itu karna suatu
saat nanti apa yang ia pelajari mengenai system reproduksi pasti akan
berguna untuk kehidupannya di masa yang akan datang.
e)
Membangkitkan
perhatian siswa
Dalam proses pembelajaran, guru
dituntut harus dapat membangkitkan perhatian para siswanya supaya terfokus
hanya pada materi yang sedang di paparkan oleh guru / teman nya di depan kelas.
Adapun kegunaan dari membangkitkan perhatian siswa di sela-sela atau selama
proses pembelajaran ialah untuk memusatkan energi dan psikis anak dalam
kegiatan belajar. Perhatian akan terpusat apabila ada kepentingan langsung dengan
siswa dan punya karakteristik yang berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu,
dalam membangkitkan perhatian siswa, maka guru dapat memberikan beberapa
penyegaran berupa lelucon atau permainan yang bervariasi untuk sekedar hiburan
supaya siswa tidak merasa bosan terhadap proses pembelajaran yang sedang
berlangsung dengan durasi 5 -10 menit saja dan kemudian kembali ke pokok materi
yang akan di pelajari pada pertemuan itu.
2.
Memberi Acuan
Memberikan acuan dimaksudkan untuk
member suatu gambaran awal tentang materi ajar secara spesifik dan singkat yang
akan dipelajari pada pertemuan saat itu. Ada
bebrapa komponen dalam memberikan acuan, antara lain:
a) Memberitahu tujuan yang diharapkan
Dalam memberikan acuan terhadpa
materi yang akan dipelajari pada pertemuan tertentu, guru harus memberitahu
tujuan atau indicator yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran. Misalnya:
dalam materi system pernafasan, maka indicator atau tujuan yang diharapkan guru
dapat di capai oleh siswanya adalah siswa mampu menjelaskan mengenai system
pernafasan yang ada pada manusia, siswa mampu menyebutkan secara urut bagaimana
proses pernafasan terjadi dalam tubuh kita (manusia), dan sebagainya.
b) Menyampaikan alternatif kegiatan yg akan ditempuh siswa
Selanjutnya, setelah guru
memberitahukan tujuan yang hendak di capai dalam proses pembelajaran, maka guru
harus menyampaikan alternative kegiatan yang bisa dilakukan terkait dengan
materi yang akan di pelajari pada pertemuan itu. Misalnya menjelaskan tata cara
diskusi apabila materi yang akan dibahas terlalu banyak teori / kajian teoritis
para tokoh ahli, aturan dalam parktikum apabila materi yang akan dibahas
mengharuskan adanya eksperimen, menjelaskan referensi-referensi yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran (seperti buku, situs internet, bahan bacaan
lainnya) dan lain- lain.
3.
Membuat Kaitan
Hal-hal yang menyebabkan kita
sebagai seorang guru harus membuat kaitan terhadap materi pembelajaran yang
akan di pelajari, antara lain:
-
Agar
materi ajar lebih menarik, maka guru harus membuat kaitan materinya dengan
pengetahuan yang mereka miliki, berdasarkan pengalaman yang dihadapi atau sesuai
dengan minatnya.
-
Mengingat
kembali, mengulang kembali
Dengan mengkaitkan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan saat ini dengan materi pada pertemuan sebelumnya,
maka siswa akan mengalami proses dimana ia akan mengingat kembali atau
mengulang kembali materi yang dipelajari (membuka materi yang lalu sebagai
dasar atau acuan materi).
-
Menumbuhkan
tanggapan lama yang telah dimiliki siswa sebelum memberikan bahan baru
-
Mengajukan
pertanyaan terhadap apa yang telah dipelajari
Karena siswa sudah memahami materi
dasar / materi yang telah di sampaikan sebelumnya, maka siswa dapat aktif
mengajukan berbagai pertanyaan mengenai apa yang telah ia pelajari sebelumnya
yang dirasa masih mengganjal dalam benaknya / belum ia pahami.
-
Menunjukkan
manfaat materi yang dipelajari
Maksudnya ialah mengkaitkan materi
yang telah dipelajari dengan kehidupan pribadi maupun sosialnya di masyarakat,
apakah menuai banyak manfaat untuk dirinya atau tidak. Apabila bermanfaat, maka
menerapkan apa yang sudah dipelajari dalam kehidupan nyatanya. Misalnya:
belajar tentang nilai agama, maka apa yang ia ketahui baik itu sanksi dari
nilai agama, perilaku yang baik dan tidak baik yang sesuai dengan norma agama
dapat di praktekkan dalam kehidupan sosialnya.
-
Meminta
siswa bercerita tentang pengalaman yang berkaitan dengan materi
Setiap orang / siswa memiliki
pengalaman yang berbeda satu sama lain. Ada beberapa siswa yang mungkin
mengalami atau bahkan sudah sangat memahami materi yang akan dibahas dapat
berbagi cerita / pengalamannya mengenai materi terkait. Dan kemudian bisa di
cocokkan dengan teori yang selama ini berkembang supaya terjadi interaksi
antara guru dan murid yang aktif.
4.
Melakukan Tes Awal
Adapun kegunaan melakukan tes awal
pada kegiatan pendahuluan pembelajaran, yaitu:
a) Untuk mengetahui penguasaan awal
dari materi yang akan dipelajari.
b) Digunakan untuk menentukan dari mana
awal materi akan dibahas
B.
Kegiatan
Inti Pembelajaran
Kegiatan inti pada dasarnya merupakan kegiatan
untuk mencapai tujuan pembelajaran atau proses untuk pencapaian
kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, dengan
menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
materi pelajaran.
Dalam kegiatan inti, proses pembentukan pengalaman belajar siswa
berkaitan dengan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa secara terpadu yang
dususun dan direncanakan guru dengan mengacu kurikulum yang berlaku. (Standar
Kompetensi)
Kegiatan utama dalam kegiatan inti pembelajaran
(intruksional) diantaranya:
a) Kegiatan mengorganisasi proses
pembelajaran dengan berbagai metode / cara / teknik / pendekatan yang
bervariasi yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar berkadar
aktivitas tinggi.
b) Diharapkan terjadi perubahan
perilaku pada siswa.
c) Pengaturan harus menganut prinsip
efektif dan efisien ( dapat mencapai sasaran yang diharapkan dan dapat
dilakukan dengan menggunakan sarana, waktu dan tenaga yang dimiliki)
Adapun
faktor yang perlu diperhatikan dalam
memilih strategi pembelajaran dalam kegiatan inti pembelajaran (intruksional)
ini, antara lain :
a) Tujuan
Setiap tuntutan penguasaan materi
menuntut kegiatan pembelajaran yang berbeda.
ketrampilan ® latihan
berpendapat ® kesempatan berpendapat
b) Materi
Materi dalam kegiatan inti ini dapat
berupa materi abstrak, maksudnya materi yang sifatnya hanya bisa di
angan-angan/ di bayangkan, mengajak siswa untuk berfantasi dan agar siswa dapat
cepat memahaminya maka perlu di berikan contoh. Misal materi abstrak seperti
bentuk planet dan benda-benda ruang angkasa, semua itu hanya bisa di
angan-angan karena kita belum tahu persis bagaimana bentuk planet-planet
tersebut karena kita belum berkontak langsung dengan planet itu, kita hanya
mengetahui dan meyakininya secara abstrak (berdasarkan pemikiran pakar melalui
melihat gambarnya pada atlas ataupun miniature planet). Selain itu, materi
dalam kegiatan inti ini dapat berupa materi baru yang memerlukan adanya
demonstrasi atau penjelasan lebih detail atau spesifik terhadap obyek yang
dituju. Selain kedua materi diatas, terkadang para guru juga menggunakan jenis
materi yang sudah dikenal dan bisa di kembangkan menggunakan teknik problem
solving.
c) Siswa
Adapun hal- hal yang perlu
diperhatikan dari segi siswa dalam kegiatan inti pembelajaran, diantaranya
ialah memperhatikan karakteristik dan jumlah siswa ( praktikum, pastikan alat
dan bahannya tidak asing bagi mereka).
d) Guru
Kemampuan guru dalam proses ini juga perlu diperhatikan,
jika kurang mampu tarhadap sesuatu hal dapat meminta bantuan teman lain
sejawat.
e) Fasilitas, Ruang dan Waktu
Komponen-komponennya meliputi:
-
Fasilitas
yang tersedia dimanfaatkan serta disesuaikan
dengan kondisi siswa.
-
Waktu
yang tersedia harus dimanfaatkan dengan efektif dan efisien dengan memilih strategi
yang sesuai.
f) Penggunaan media
Mengkonkretkan yang bersifat
abstrak, dapat menghadirkan objek berbahaya, dapat menampilkan objek yang besar
atau yang kecil, memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat. Berikut ini
keuntungan yang di dapat sebagai pengaruh penggunaan media dalam kegiatan inti
pembelajaran, yaitu :
-
siswa
dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan
-
Keseragaman
dalam berpresepsi
-
Membangkitkan
motivasi
-
Mengatasi
keterbatasan waktu dan ruang
-
Menyajikan
metari yang konsisten, dapat diulang
-
Menyajikan
materi secara serempak bagi seluruh siswa
C.
Kegiatan
Akhir dan Tindak Lanjut Pembelajaran
Kegiatan akhir dan tindak lanjut
pembelajaran harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis, efektif,
efisien, dan flesibel. Kegitan akhir dan tindak lanjut pembelajaran harus
merupakan rangkaian kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti pembelajaran.
Menurut Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan
dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran, yaitu: (a) penilaian
akhir; (b) analisis hasil penilaian akhir; (c) tindak lanjut; (d) mengemukakan
topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang; dan (e) menutup kegiatan
pembelajaran.
Mulyasa (2003) mengemukakan dua kegiatan pokok pada akhir
pembelajaran, yaitu : (a) pemberian tugas dan (b) post tes. Sementara itu,
Depdiknas (2003) mengemukakan dalam kegiatan akhir perlu dilakukan penilaian
formatif, dengan memperhatikan hal-hal berikut: (a) kembangkan cara-cara untuk
menilai hasil pembelajaran peserta didik; (b) gunakan hasil penilaian tersebut
untuk melihat kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang
dihadapi guru; dan (c) cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka secara garis besar
kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran bertujuan, antara lain :
a)
Untuk memantapkan materi yang telah
dipelajari
b)
Untuk mengetahui keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran yang telah berlangsung.
c)
Untuk mengetahui kompetensi mana yang
telah dikuasai dan yang belum dikuasai dengan memberikan suatu tes.
Berikut
ini akan di jelaskan bentuk-bentuk dari kegiatan akhir pembelajaran yaitu:
a)
Meninjau kembali penguasaan siswa
Guru
harus meninjau atau mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan
dengan cara memeriksa kelengkapan catatan / ringkasan materi / rangkuman materi
yang diajarkan.
b)
Melaksanakan Penilaian (Post tes)
Guru juga dapat
melakukan suatu penilaian di setiap akhir kegiatan pembelajaran yang berupa
Post tes untuk mengtahui tingkat kepahaman dan keberhasilan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan apakah hasilnya efektif atau tidak agar
kedepannya proses pembelajaran dapat lebih menyenangkan dan lebih baik lagi.
Sedangkan bentuk-bentuk
dari melaksanakan kegiatan tindak lanjut pembelajaran setelah di laksanakannya
kegiatan akhir pembelajaran, antara lain:
-
Memberi Pekerjaan Rumah (PR)
-
Membahas kembali materi yang dianggap
sulit
-
Menugaskan membaca materi pelajaran
tertentu
-
Memberi motivasi
-
Menyampaikan materi berikutnya
DAFTAR PUSTAKA
Udin S. Winata Putra, dkk.1997. Buku Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Sri Anitah W, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sa’adah, Munjiati. 2014. Buku Bahan Ajar Pengajaran
Micro (Micro Teaching). Pringsewu: STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
Raharyanti, Anjar. 2012. Teori Pembelajaran Thorndike (dalam http://ajenganjar.blogspot.com
) diakses tanggal 09 Oktober 2014.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Prosedur Pembelajaran (dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com
) diakses tanggal 09 Oktober 2014.
SITUS WEB: