BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
A.
Tinjauan
Pustaka
1.
Konsep
Dasar Strategi Konseling Individual
Strategi adalah suatu
pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan
atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam
kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan. Strategi
yang diterapkan dalam layanan bimbingan dan konseling disebut strategi layanan
bimbingan dan konseling. Salah satu strategi layanan bimbingan dan konseling
itu ialah berupa konseling individual.
Konseling individual
adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara
antara seorang konselor dan seorang konseli (siswa). Konseling ditujukan kepada
individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam masalah pendidikan,
pekerjaan, dan social di mana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri.
Oleh karena itu, konseling hanya di tujukan kepada individu-individu yang sudah
menyadari kehidupan pribadinya.
Konseling adalah proses
belajar yang bertujuan agar konseli (siswa) dapat mengenal diri sendiri,
menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan
lingkungannya. Suatu hubungan pribadi yang uniki dalam konseling dapat membantu
individu (siswa) membuat keputusan, pemilihan dan rencana yang bijaksana, serta
dapat berkembang dan berperanan lebih baik di lingkungannya. Konseling membantu
konseli untuk mengerti diri sendiri, mengeksplorasi diri sendiri, dan dapat
memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat.
Dalam konseling diharapkan konseli
dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan
diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan
masyarakat sekitarnya. Konseling bertujuan membantu individu untuk mengadakan
interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan
mendatang. Konseling membantu individu untuk mengembangkan kesehatan mental,
perubahan sikap, dan tingkah laku. Konseling menjadi strategi utama dalam
proses bimbingan dan merupakan teknik standar serta merupakan tugas pokok
seorang konselor di Pusat Pendidikan.
2.
Teknik
Konseling Individual
Ada banyak teknik yang
digunakan dalam konseling individual, berikut ini akan di jelaskan lebih lanjut
mengenai teknik tersebut, diantaranya:
§ Menghampiri konseli (attending)
Perilaku attending
disebut juga perilaku menghampiri konseli yang mencakup komponen kontak mata,
bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat:
-
Meningkatkan harga diri konseli.
-
Menciptakan suasana yang aman
-
Mempermudah ekspresi perasaan konseli
dengan bebas.
§ Empati
Empati ialah kemampuan konselor
untuk merasakan apa yang dirasakan konseli, merasa dan berfikir bersama konseli
dan bukan untuk atau tentang konseli. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku
attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.
Terdapat dua macam
empati, yaitu:
-
Empati primer, yaitu bentuk empati yang
hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan konseli, dengan tujuan
agar konseli dapat terlibat dan terbuka.
-
Empati tingkat tinggi, yaitu empati
apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta
pengalaman konseli lebih mendalam dan menyentuh konseli karena konselor ikut
dengan perasaan tersebut.
§ Refleksi
Refleksi adalah teknik
untuk memantulkan kembali kepada konseli tentang perasaan, pikiran, dan
pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya.
Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :
-
Refleksi perasaan, yaitu keterampilan
atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan Konseli sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal dan non verbal Konseli.
-
Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk
memantulkan ide, pikiran, dan pendapat Konseli sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal dan non verbal Konseli.
-
Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk
memantulkan pengalaman-pengalaman Konseli sebagai hasil pengamatan terhadap
perilaku verbal dan non verbal Konseli.
§ Eksplorasi
Eksplorasi adalah
teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman konseli. Hal ini
penting dilakukan karena banyak konseli menyimpan rahasia batin, menutup diri,
atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan konseli
untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya
pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :
-
Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat
menggali perasaan Konseli yang tersimpan.
-
Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk
menggali ide, pikiran, dan pendapat Konseli.
-
Eksplorasi pengalaman, yaitu
keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman Konseli.
§ Menangkap pesan utama
Menangkap Pesan
(Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau initi
ungkapan konseli dengan teliti mendengarkan pesan utama konseli, mengungkapkan
kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal seperti
“adakah atau nampaknya”, dan mengamati respons konseli terhadap konselor.
Tujuan paraphrasing
adalah:
-
untuk mengatakan kembali kepada Konseli
bahwa Konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan Konseli;
-
mengendapkan apa yang dikemukakan
Konseli dalam bentuk ringkasan;
-
memberi arah wawancara Konseling; dan
-
pengecekan kembali persepsi Konselor
tentang apa yang dikemukakan Konseli.
§ Bertanya untuk membuka percakapan
Bertanya untuk membuka
percakapan ini adalah suatu teknik yang digunakan oleh konselor untuk memancing
konseli (siswa) agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan
pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka (opened question).
Pertanyaan yang
diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya “mengapa” atau “apa sebabnya”.
Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan konseli, jika dia tidak tahu alasan
atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya “apakah”, “bagaimana”,
“adakah”, “dapatkah”, dan lain sebagainya.
§ Bertanya tertutup
Dalam konseling tidak
selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat
pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata “Ya” atau “Tidak”
atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk:
-
mengumpulkan informasi
-
menjernihkan atau memperjelas sesuatu
-
menghentikan pembicaraan konseli yang
melantur atau menyimpang jauh.
§ Dorongan minimal
Dorongan minimal adalah
teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang
telah dikemukakan konseli. Misalnya dengan menggunakan ungkapan : oh.., ya..,
lalu.., terus…, dan…
§ Interpretasi
Interpretasi yaitu
teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman konseli dengan merujuk
pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk
memberikan rujukan pandangan agar konseli mengerti dan berubah melalui
pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
§ Mengarahkan (Directing)
Mengarahkan (directing)
yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan konseli melakukan sesuatu. Misalnya
menyuruh konseli untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.
§ Menyimpulkan Sementara
(Summarizing)
Menyimpulkan
sementara (summarizing) yaitu teknik atau keterampilan konselor untuk menyimpulkan sementara
pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas.
§ Memimpin
Keterampilan atau teknik memimpin
bertujuan menggalakkan konseli bertindak balas kepada komunikasi terbuka. Keterampilan
ini bertujuan agar pembicaraan dalam wawancara
konseling tidak melantur atau menyimpang, seorang konselor harus mampu memimpin
arah pembicaraan sehingga nantinya mencapai tujuan. Keterampilan memimpin
bertujuan agar Konseli tidak menyimpang dari fokus pembicaraan dan juga agar
arah pembicaraan lurus kepada tujuan Konseling. Keterampilan memimpin boleh dilakukan dengan dua cara:
-
Memimpin Secara Langsung
Keterampilan ini bertujuan memberi
fokus kepada sesuatu topik relevan yang sedang diperbincangkan dan menggalakkan
konseli bercerita atau menjelaskan sesuatu lebih terperinci dan jelas.
-
Memimpin Secara Tidak Langsung
Keterampilan ini sering digunakan di
awal sesi setelah pembimbing membuat pengstrukturan dan 'break the ice'. Ia
menunjukkan pembimbing telah memberi tanggungjawab kepada konseli untuk
memulakan sesi dan menentukkan arah tuju sesi selanjutnya.
Kesenyapan juga dikategorikan dalam keterampilan
ini secara tidak langsung membolehkan konseli berfikir dan meneroka secara
mendalam atau kemungkinan membiarkan konseli mencari akalnya sendiri.
§ Memfokus
Memfokus bermakna memberi perspektif
terhadap sesuatu yang baru saja dinyatakan oleh konseli. Ia membantu konseli
untuk menumpukan perhatian kepada suatu isu dengan lebih tepat dan jelas justru
dapat mengelak dari sesuatu kekeliruan serta ketidakpastian.
Dengan menggunakan keterampilan
memfokus, pembimbing atau konselor boleh menarik balik perhatian dan fokus
konseli kepada „dirinya‟ serta isu yang sedang diperbincangkan. Ada beberapa fokus
yang dapat dilakukan seorang Konselor yaitu:
-
Fokus
pada diri konseli
-
Fokus
pada orang lain
-
Fokus
pada topic
-
Fokus
mengenai budaya
§ Konfrontasi
Konfrontasi adalah ketrampilan/teknik
yang digunakan oleh konselor untuk menunjukan adanya kesenjangan, diskrepansi
atau inkronguensi dalam diri konseli dan kemudian konselor mengumpan balikan
kepada konseli.
Adapun tujuan teknik ini adalah untuk:
-
Mendorong
Konseli mengadakan penelitian diri secara jujur.
-
Meningkatkan
potensi Konseli.
-
Membawa
konseli kepada kesadaran adanya diskrepansi konflik atau kontradiksi dalam
dirinya.
§ Menjernihkan
Menjernihkan
(clarification) adalah suatu keterampilan untuk menjernihkan ucapan-ucapan
konseli yang samar-samar, kurang jelas, dan agak maragukan. Tujuannya adalah
mengundang konseli untuk menyatakan pesannya dengan jelas, ungkapan kata-kata
yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis dan agar konseli menjelaskan,
mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.
§ Memudahkan
Memudahkan
(facilitating) adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar konseli dengan
mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran dan
pengalamannya secara bebas sehingga komunikasi dan partisipasi meningkat dan
proses konseling berjalan efektif.
§ Diam
Diam (silent) yaitu membiarkan keheningan
berlangsung beberapa saat yang diciptakan secara sengaja dengan sejumlah tujuan
tertentu yang disadari konselor. Contoh:
Konseli : begitulah saya akhir-akhir ini
Konselor : “ hem…hem…hem ….ya, ya,
Konseli : … (diam)
Konselor : …(diam Keheningan 3-5 detik)
§
Mengambil
inisiatif
Mengambil inisiatif perlu dilakukan konselor manakala
konseli kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang
partisipatif. Konselor mengucapkan kata-kata yang mengajak konseli untuk
berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Tujuan teknik ini adalah:
-
Mengambil
inisiatif jika Konseli kurang bersemangat.
-
Jika
Konseli lambat berfikir untuk mengambil keputusan.
-
Jika
Konseli kehilangan arah pembicaraan.
§
Memberi
nasihat
Memberi nasihat adalah keterampilan/teknik
yang digunakan konselor untuk memberikan nasehat atau saran bagi konseli agar
dia dapat lebih jelas, pasti mengenai apa yang akan dikerjakan. Pemberian
nasehat sebaiknya dilakukan jika konseli memintanya. Walaupun demikian,
Konselor tetap harus mempertimbangkannya, apakah pantas untuk memberi nasehat
atau tidak. Sebab dalam memberi nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling
yakni kemadirian konseli, harus tercapai.
§ Memberi informasi
Dalam hal informasi
yang diminta konseli sama halnya dengan pemberian nasehat. Jika Konselor tidak
memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakan bahwa tidak mengetahui hal
itu. Akan tetapi, jika konselor mengetahui informasi, sebaiknya upayakan agar Konseli
tetap mengusahakannya. Misalnya konseli
menanyakan persyaratan untuk memasuki sekolah penerbang. Karena konselor kurang
menguasai informasi itu, sebaiknya konseli langsung saja mencari informasi
tersebut ke sumbernya seperti Direktorat Penerbangan atau sekolah penerbangan.
§ Merencanakan
Menjelang akhir sesi
konseling seorang konselor harus dapat membantu konseli untuk dapat membuat
rencana berupa suatu program untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi
kemajuan dirinya. Suatu rencana yang baik adalah kerjasama konselor dengan
Konseli.
§ Menyimpulkan
Menyimpulkan (Summary) adalah ketrampilan/teknik yang digunakan konselor untuk
menyimpulkan atau ringkasan mengenai apa yang telah dikemukakan konseli pada
proses komunikasi konseling.
3.
Tahapan-Tahapan
dalam Konseling Individual
Berikut ini adalah
tahapan-tahapan dalam melaksanakan konseling individual, yaitu:
a) Tahap Awal Konseling
Tahap awal ini terjadi
sejak konseli bertemu konselor hingga berjalan proses konseling dan menemukan
definisi masalah konseli. Cavanagh (1982)
menyebut tahap awal ini dengan istilah introduction,
invitation and environmental support. Berikut ini ada hal-hal yang
dilakukan dalam tahap awal konseling diantaranya:
-
Membangun hubungan konseling dengan
melibatkan konseli yang mengalami masalah
-
Memperjelas dan mendefinisikan masalah
-
Membuat penjajakan alternative bantuan
untuk mengatasi masalah
-
Menegosiasiakan kontrak
b) Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
Berdasarkan kejelasan
maslah konseli yang telah disepakati pada taha awal, kegiatan selanjutnya
adalah memfokuskan pada: 1) penjelajahan masalah yang dialami konseli, dan 2)
bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang
telah dijelajah tentang masalah konseli. Cavanagh
(1982) menyebut tahap ini sebagai tahap
action.
Menilai kembali masalah
konseli akan membantu konseli memperoleh pemahaman baru, alternative baru, yang
mungkin berbeda dengan sebelumnya. Pemahaman ini akan membantu dalam membuat
keputusan dan tindakan apa yang akan digunakan untuk mengatasi masalah
tersebut. Dengan adanay pemahaman baru, berarti ada dinamika pada konseli untuk
melakukan perubahan dalam mengatasi masalahnya.
Adapun tujuan dari
tahap pertengahan ini, sebagai berikut.
-
Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah
serta kepedulian konseli dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tesebut.
-
Menjaga agar hubungan konseling selalu
terpelihara.
-
Proses konseling agar berjalan sesuai
kontrak.
c) Tahap Akhir Konseling
Cavanagh
(1982) menyebut tahap ini dengan istilah termination. Pada tahap ini
ditandai oleh beberapa hal berikut.
-
Menurunnya kecemasan konseli. Hal ini
diketahui setelah konselor menanyakan keadaan kecemasannya.
-
Adanya perubahan perilaku konseli ke
arah yang lebih positif, sehat, dan dinamik.
-
Adanya tujuan hidup yang jelas di masa
yang akan dating dengan program yang jelas pula.
-
Terjadinya perubahan sikap positif
terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap
yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, teman, dan keadaan yang
tidak menguntungkan.
Tujuan
tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak
bermasalah. Konseli dapat melakukan keputusan tersebut karena konseli sejak
awal berkomunikasi dengan konselor dalam memutuskan perubahan sikap tersebut.
Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah:
· Terjadinya
transfer of learning pada diri konseli
· Melaksanakan
perubahan perilaku konseli agar mampu mengatasi maslaahnya, dan
· Mengakhiri
hubungan konseling.
B.
Pembahasan
Konseling individu
merupakan “jantung hati” dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Konseling
individu jugamerupakan strategi yang
paling efektif dalam memahami individu (siswa). Melalui proses konseling individual, maka
seorang konselor dapat lebih memahami konselinya baik itu apa yang sedang
dirasakan konseli (suasana hati dan perasaan), maupun memahami tingkah laku
konselinya berdasarkan apa yang telah di ungkapkan oleh konseli pada proses
konseling individu tersebut. Di dalam konseling individual, terdapat hubungan
yang bersifat khusus atau pribadi yakni hanya antara konselor dengan seorang
konseli. Oleh sebab itu, maka seorang konselor harus menjunjung tinggi asas
kerahasian selama maupun setelah proses
konseling tersebut berakhir. Seorang konselor tidak di izinkan mempublikasikan
hasil pembicaraan konseling kepada siapapun tanpa seizin pihak konseli. Apabila
seorang konselor tidak menjaga kerahasiaan data konselinya atau pembicaraan
selama proses konseling, maka seorang konselor sudah melanggar kode etik
profesi bimbingan dan konseling. Dan itu fatal bagi profesi yang tengah d sandangnya
(konselor).
Konseling individu juga sebagai
dasar untuk memahami individu memberikan kontribusi bagi individu untuk lebih
memahami dirinya sendiri (kelemahan dan kelebihan dirinya, potensi, bakat,
minat, tingkat emosional) beserta lingkungannya. Dengan individu memahami
dirinya sendiri, maka individu tersebut diharapkan mampu mengembangkan segala
apa yang ada pada dirinya termasuk potensinya secara optimal. Selain itu,
melalui konseling individual, seorang individu akan mampu untuk mengambil keputusan
secara mandiri akan masalah yang tengah dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan
Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Prayitno&
Amti Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT. Rineka Cipta
Jakarta.
Nurihsan, A.
Juntika. 2007. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandung: Refika Aditama.
Nurihsan, A.
Juntika. 2009. Strategi
Layanan Bimbingan &
Konseling.
Bandung: Refika
Aditama.
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika
Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja
Rosdakarya
SITUS WEB: