http://i560.photobucket.com/albums/ss44/erge32/EkaSidebar.gif

Semoga bermanfaat untuk kawan-kawanku n juga bagi publik,, :)

Guidance and Counseling Riska Ratna

Saturday 12 July 2014

Konsep Dasar Kesehatan Mental


A.      Sejarah Kesehatan Mental
Dikutip dalam Buku Kesehatan Mental karya Yustinus Semium, Perkembangan kesehatan mental mengalami 6 zaman, yaitu:
1.       Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami gangguan-gangguan baik mental maupun fisik seperti infeksi, artistis, penyakit pernapasan dan usus, serta arteriosklerosis (penyempitan pembuluh darah). Tetapi manusia purba benar-benar berusaha mengatasi penyakit mental. Mereka memandangdan merawatnya sama seperti halnya dengan penyakit-penyakit fisik lainnya. Baginya gigi yang sakit dan seseorang yang gila (berbicara tidak karuan) disebabkan oleh penyebab yang sama, yaitu roh-roh jahat, halilintar, atau mantera-mantera musuh. Jadi, untuk penyakit baik mental maupun fisik digunakan perawatan-perawatan seperti menggosok, menjilat, mengisap, memotong, dan mencaabut. Atau juga menggunakan salep, mantera, obat keras, dan sihir; atau cara-cara lain yang mungkin terpikirkan oleh kawan-kawannya, pemimpin-pemimpinnya, atau ia sendiri.

2.       Peradaban Awal
Dalam semua peradaban awal seperti Mesopotamia, Mesir, India, benua Amerika, Yahudi dan, India, imam-imam dan tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental. Sepanjang zaman kuno (5000 tahun SM sampai 500 tahun M), di semua peradaban tersebut penyakit mental menjadi hal yang umum.



3.       Abad Pertengahan (Abad Gelap)
Dengan hancurnya peradaban Yunani-Romawi, kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa mengalami kemunduran. Banyak kebiasaan baik yang telah lama dibina dalam ilmu kedokteran sebelumnya tidak diteruskan, dalam hal yang lebih buruk, takhayul-takhayul kuno dan ilmu tentang setan-setan (demonologi) dihidupkan kembali dan pemikiran teologis pada waktu itu kurang berusaha untuk mematahkan pendekatan yang bersifat spiritis terhadap penyakit mental. Exorcisme dianggap penting sekali. Dengan demikian, mantra-mantra dianggap sebagai bagian sah dari ilmu kedokteran, bahkan pemakaian teknik-teknik yang benar-benar rasional harus disertai dengan mengucapkan mantra mistik.

4.       Zaman Renaisans
Zaman Renaisans digambarkan sebagai zaman yang “terang dalam kegelapan” bagi para pasien sakit mental tenggelam dalam dunia takhayul. Pada tahun 1724, Pendeta Cotton Mather mematahkan takhayul yang berkembang selama ini dengan menjelaskan masalah kejiwaan yang menyebabkan gangguan yang terjadi di dalam tubuh Di Switzerland, mengakui penyebab rasional penyakit mental dan menolak adanya kaitan dengan demonology. Di Prancis, menganggap bahwa penyakit mental tidak berbeda dengan penyakit fisik, mereka menggunakan pendekatan yang manusia terhadapa para pasien sakit mental.

5.       Abad XVII – Abad XX
Pada zaman perkembangan kesehatan mental yang kelima yaitu pada abad ini masih merupakan proses peralihan dan pendekatan demonologis ke pendekatan ilmiah terhadap penyakit mental. Di Jerman, kekangan-kekangan yang sangat kejam terhadap para pasien sakit mental sangat ditentang, mereka menyarankan agar memberikan perawatan yang manusiawi terhadap orang-orang gila. Di tahun 1812, Benjamin Rush menjadi orang pertama yang mencoba menangani penyakit mental secara manusiawi. Kemudian di Inggris muncul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa dengan perkembangan teori dan teknik untuk menangani orang sakit jiwa ini di rumah sakit. walaupun dalam prakteknya sering mengalami kegagalan sehingga lambat launpun muncul masa terapi pesimisme. Tahun 1908 : Clifford Beers yang pernah menjadi pasien rumah sakit jiwa dengan penanganan yang benar maupun yang salah mengeluarkan buiku “A Mind That Found Itself”. Buku tersebut langsung memberikan efek yaitu menyebarkan visinya mengenai gerakan kesehatan mental. Beers lalu mendirikan Masyarakat Connecticut yang merupakan akar dari Asosiasi Kesehatan Mental Nasional. Dan pada tahun 1950  diteruskan untuk melanjutkan mendidik publik Amerika pada isu-isu kesehatan mental dan mempromosikan kesadaran akan kesehatan mental.

6.       Psikiatri
Pada tahun 1900- an, gangguan mental dianggap sebagai bukan penyakit. Dilakukannya usaha untuk menolong para pasien sakit mental tetapi akhir abad itu dokter-dokter belum menemukan penyebab atau pencegahan, penyembuhan, atau perawatan yang efektif terhadap penyakit mental meskipun mereka telah mengklasifikasikan beribu-ribu macam kekalutan mental. Selama abad ke-19 perkembangan dalam kesehatan mental terjadi pada 4 bidang umum : perlakuan terhadap pasien sakit mental yang lebih manusiawi dan rasional oleh masyarakat, langkah-langkah untuk memperbaiki lembaga untuk penyakit mental, perhatian para penulis besar dan filsuf yang berpengaruh terhadap psikologi dan tingkah laku manusia, dan suatu system klasifikasi yang komprehensif bagi kekalutan mental. Tahun 1952Obat antipsikotik konvensional pertama, chlorpromazine diperkenalkan untuk pertama kalinya dan digunakan untuk menangani pasien skizofrenia dan gangguan mental utama lainnya. Juga adanya pengenalan obat-obat antipsikotik konvensional. Selain itu media Inggris juga mengungkapkan kesehatan mental melalui orang-orang yang pernah mengalaminya Tahun 1979: NAMH menjadi the National Mental Health Association (NAMH).

B.       Pengertian Kesehatan Mental
Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial) Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat ia hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya.

Dalam mendefinisikan kesehatan mental, sangat dipengaruhi oleh kultur dimana seseorang tersebut tinggal. Apa yang boleh dilakukan dalam suatu budaya tertentu, bisa saja menjadi hal yang aneh dan tidak normal dalam budaya lain, dan demikian pula sebaliknya (Sias, 2006). Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.

Sedangkan menurut Alexander Schneider, pengertian iIlmu kesehatan mental adalah ilmu yang mengembangkan dan menerapkan seperangkat prinsip yang praktis dan bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesejahteraan psikologis organisme manusia dan mencegah gangguan mental serta ketidakmampuan menyesuaikan diri. Di sisi lain Samson, Sin dan Hofilena juga mendefinisikan Ilmu kesehatan mental sebagai ilmu yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara fungsi-fungsi mental sebagai ilmu yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara fungsi mental yang sehat dan mencegah ketidakmampuan menyesuaikan diri atau kegiatan-kegiatan mental yang kalut.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ilmu kesehatan mental adalah  ilmu yang bersifat preventif yang tujuannya memelihara kesehatan mental dan mencegah gangguan mental serta ketidakmampuan menyesuaikan diri.

C.      Prinsip - Prinsip Kesehatan Mental
Menurut Schbeiders (dalam Notosoedirdjo & Latipun, 2005) ada lima belas prinsip yang harus diperhatikan dalam memahami kesehatan mental. Prinsip ini berguna dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mental serta pencegahan terhadap gangguan-gangguan mental. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

Prinsip yang didasarkan atas sifat manusia, meliputi:
1)        Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan atau bagian yang tidak terlepas dari kesehatan fisik dan integritas organisme.
2)        Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian yang baik, perilaku manusia harus sesuai dengan sifat manusia sebagai pribadi yang bermoral, intelektual, religius, emosional dan sosial.
3)        Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan integrasi dan pengendalian diri, yang meliputi pengendalian pemikiran, imajinasi, hasrat, emosi dan perilaku.
4)        Dalam pencapaian khususnya dalam memelihara kesehatan dan penyesuaian kesehatan mental, memperluas tentang pengetahuan diri sendiri merupakan suatu keharusan
5)        Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, yang meliputi: penerimaan diri dan usaha yang realistik terhadap status atau harga dirinya sendiri.
6)        Pemahaman diri dan penerimaan diri harus ditingkatkan terus menerus memperjuangkan untuk peningkatan diri dan realisasi diri jika kesehatan dan penyesuaian mental hendak dicapai.
7)        Stabilitas mental dan penyesuaian yang baik memerlukan pengembangan terus menerus dalam diri seseorang mengenai kebaikan moral yang tertinggi, yaitu: hukum, kebijaksanaan, ketabahan, keteguhan hati, penolakan diri, kerendahan hati, dan moral.
8)        Mencapai dan memelihara kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada penanaman dan perkembangan kebiasaan yang baik.
9)        Stabilitas dan penyesuaian mental menuntut kemampuan adaptasi, kapasitas untuk mengubah meliputi mengubah situasi dan mengubah kepribadian.
10)    Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan perjuangan yang terus menerus untuk kematangan dalam pemikiran, keputusan, emosionalitas dan perilaku.
11)    Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan belajar mengatasi secara efektif dan secara sehat terhadap konflik mental dan kegagalan dan ketegangan yang ditimbulkannya.

Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan lingkungannya, meliputi:
12)    Kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada hubungan interpersonal yang sehat, khususnya didalam kehidupan keluarga.
13)    Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran tergantung kepada kecukupan dalam kepuasa kerja. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan sikap yang realistik yaitu menerima realitas tanpa distorsi dan objektif.

Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan Tuhan, meliputi:
14)    Stabilitas mental memerlukan seseorang mengembangkan kesadaran atas realitas terbesar daripada dirinya yang menjadi tempat bergantung kepada setiap tindakan yang fundamental.
15)    Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan hubungan yang konstan antara manusia dengan Tuhannya.

D.      Pengaruh Kesehatan Mental terhadap Manusia
Ada beberapa pengaruh kesehatan mental terhadap manusia, diantaranya sebagai berikut:
1)             Pengaruh kesehatan mental terhadap perasaan
Hal ini meliputi diantaranya, gangguan perasaan yang berupa: Rasa cemas (gelisah), iri hati, rasa sedih, rasa rendah diri dan hilangnya kepercayaan terhadap diri, pemarah.
2)             Pengaruh kesehatan mental terhadap perilaku
Ketidaktentraman hati atau kurang sehatnya mental, sangat berpengaruh terhadap perilaku. Banyak terjadi penyimpangan tingkah laku pada seseorang dikarenakan membekasnya pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan pada seseorang. Seseorang yang memiliki mental yang kurang sehat/abnormal sering kali akan melakukan perilaku yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku di masyarakat luas.
3)             Pengaruh kesehatan mental terhadap pikiran/kecerdasan
Di antara gejala-gejala yang bisa di lihat kesehatan mental berpengaruh terhadap pikiran/kecerdasan seseorang adalah: sering lupa akan sesuatu, tidak bisa berkonsentrasi penuh tentang suatu hal yang penting, kemampuan untuk berpikir yang menurun drastis secara perlahan, sehingga seseorang merasa seolah-olah ia tidak cerdas lagi (bodoh), pikirannya tidak bisa digunakan (tidak bisa rasional) dan sebagainya.
4)             Pengaruh kesehatan mental terhadap kesehatan badan
Kalau orang dulu mengatakan mental yang sehat terletak pada badan yang sehat, maka sekarang terbukti hal yang sebaliknya, yaitu kesehatan mental menentukan kesehatan badan. Mental yang sehat justru memberikan dorongan/stimulus berupa energy untuk melakukan aktivitas dengan penuh semangat. Apabila kondisi mental seseorang sedang kurang baik, maka orang tersebut akan merasa malas untuk beraktivitas. Akibatnya, seseorang yang tadinya memiliki tubuh yang sehat menjadi mudah mengalami kantuk atau menjadi malas beraktivitas. Selain itu, akhir-akhir ini banyak terdapat penyakit yang dinamakan Psychosomatic, yaitu penyakit pada badan yang disebabkan oleh mental seperti sakit kepala, gangguan perut / gastroinstestinal, sindroma urethral, sindroma nyeri krronik / Cronic pain Syndrome, Sindroma kelelahan kronik / Cronic fatigue syndrome, dan lain sebagainya.


E.       Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Mental Sehat
Berikut ini akan dijelaskan mengenai ciri-ciri seseorang yang dikatakan memiliki mental yang sehat menurut Departemen Kesehatan (2003) sebagai berikut.
1.       Merasa nyaman terhadap dirinya
-          mampu menghadapi berbagai perasaan, seperti : rasa marah, takut, cemas, iri, rasa senang, dll
-          mampu mengatasi kekecewaan dalam kehidupan
-          mempunyai harga diri yang wajar
-          menilai dirinya secara nyata, tidak merendahkan, dan tidak pula berlebihan
-          merasa puas dengan kehidupan sehari-harinya
2.       Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain
-          mampu mencintai dan menerima cinta dari orang lain
-          mempunyai hubungan pribadi yang baik
-          mampu mempercayai orang lain
-          dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
-          merasa menjadi bagian dari kelompok
-          tidak mengakali orang lain dan membiarkan orang lain mengakali dirinya
3.       Mampu memenuhi kebutuhan hidup
-          menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya
-          mampu mengambil keputusan
-          menerima tanggung jawab
-          merancang masa depan
4.       Menerima ide dan pengalaman baru
Seseorang yang memiliki mental yang sehat biasanya akan mudah untuk menerima ide atau pendapat orang lain dengan ikhlas tanpa beban. Selain itu, seseorang yang memiliki mental yang sehat akan berusaha terus-menerus untuk mencoba hal-hal baru dalam hidupnya guna mendapatkan pengalaman baru untuk bekalnya menghadapi kehisupan di masa mendatang.
5.       Merasa puas dengan pekerjaannya
Seseorang yang memiliki mental yang sehat akan merasa puas dengan apa yang telah ia lakukan. Kepuasan itu menjadi obat/ penawar kegelisahan akan hasil yang selama ini ia usahakan ternyata berbuah manis sehingga ia bisa sukses dalam pekerjaannya tersebut.

F.       Ciri – Ciri Orang yang Memiliki Mental Kurang Sehat
Manusia  yang kurang sehat ini sangat luas, mulai dari yang seringan-ringannya sampai kepada yang seberat-beratnya. Dari orang yang merasa terganggu ketentraman batinnya, sampai kepada orang yang sakit jiwa. Gejala yang umum, yang tergolong kepada yang kurang sehat dapat dilihat dalam beberapa segi antara lain pada:
1.      Perasaan
Yaitu perasaan terganggu, tidak tenteram, rasa gelisah, tidak tentu yang digelisahkan, tapi tidak bisa pula mengatasinya (anxiety); rasa takut yang tidak masuk akal atau tidak jelas yang ditakuti itu apa (phobi), rasa iri, rasa sedih, sombong, suka bergantung kepada orang lain, tidak mau bertanggung jawab, dan sebagainya.
2.      Pikiran 
Gangguan terhadap kesehatan mental, dapat pula mempengaruhi pikiran, misalnya anak-anak menjadi bodoh di sekolah, pemalas, pelupa, suka bolos, tidak bisa konsentrasi, dan sebagainya. Demikian pula orang dewasa mungkin merasa bahwa kecerdasannya telah merosot, ia merasa bahwa kurang mampu melanjutkan sesuatu yang telah direncanakannya baik-baik, mudah dipengaruhi orang, menjadi pemalas, apatis, dan sebagainya.
3.      Kelakuan
Pada umumnya kelakuan-kelakuan yang tidak  baik seperti kenakalan, keras kepala, suka berdusta, menipu, menyeleweng, mencuri, menyiksa orang, membunuh, dan merampok, yang menyebabkan orang lain menderita dan teraniaya haknya
4.      Kesehatan Jasmani
Kesehatan jasmani dapat terganggu bukan karena adanya penyakit yang tidak tenteram, penyakit yang seperti ini disebut psychosomatic. Di antara gejala penyakit ini yang sering terjadi seperti sakit kepala, merasa lemas, letih, sering masuk angin, susah nafas, sering pingsan, bahkan sampai sakit yang lebih berat, lumpuh sebagian anggota jasmani, kelu lidah  saat bercerita, dan  tidak bisa melihat (buta) yang terpenting adalah  penyakit jasmani itu tidak  mempunyai sebab-sebab fisik sama sekali.

Hal-hal diatas adalah gejala-gejala mental yang kurang sehat yang agak ringan, dan lebih berat dari itu, mungkin menjadi gangguan jiwa (neourose) dan terberat adalah sakit jiwa (psychose).



DAFTAR PUSTAKA

Sari D., Kartika. 2012. Bahan ajar kesehatan mental. Semarang: Universitas Dipenogoro
Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan mental 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Yogyakarta
Siswanto. 2007. Kesehatan mental: konsep, cakupan,dan perkembangannya. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
 

No comments :

Post a Comment