BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Syiar
islam yang berbunyi “ asy-hadu an laa illaaha illa Allah, wa asy-hadu anna
Muhammad Ar-Rosulullah”. Kesaksian yang satu ini tidak dapat diwakilkan oleh
yang lainnya. Akal dan hati manusia meyakini bahwa tidak ada illah yang berhak
diibadahi melainkan Allah SWT dan Muhammad SAW adalah Rosul-Nya, kemudian
ia mengucapkan dengan lisannya dan mengamalkan berbagai konsekuensinya dengan penuh
keikhlasan dan kesadaran.
Keimanan
dan pengucapan dua kalimat syahadat mengharuskan adanya keimanan pada hal ghaib
yang diinformasikan Allah melalui Rosul-Nya. Maka dari sinilah muncul istilah
rukun iman, yang semuanya bersifat ghaib, atau mempunyai unsur ghaib. iman
kepada jin adalah cabang keimanan kepada Al-Qur’an. Iman kepada tujuh langit,
yang didalamnya terdapat malaikat, baitul ma’mur, di tingkat ketujuh ada
syurga, atapnya adalah ‘Arsy, ruh- ruh kaum mukminiin naik padanya, semuanya
adalah bagian dari keimanan kepada Al-Qur’an. Iman dengan adanya alam barzah
setelah kematian adalah cabang dari keimanan kepada hari akhir, begitu
seterusnya, tidak ada satupun perkara yang ghaib yang tidak merujuk kepada enam
rukun.
Keimanan
kepada rukun-rukun iman merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Barang siapa yang kufur dengan salah satu rukun, maka ia dianggap kufur dengan
semuanya. Maka dari itu, setiap manusia harus mengimani ke-enam rukun iman
secara keseluruhan.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah hakikat
dari Malaikat?
2. Apakah
hakikat dari Jin,Iblis Dan Syaitan?
1
3. Apakah
perbedaan antara Jin, Iblis Dan Syaitan?
4. Apakah
hikmah beriman kepada Malaikat?
5. Apakah
fungsi iman kepada Malaikat?
6. Bagaimana
cara meyakini dan mengimani keberadaan malaikat?
C. Tujuan
Penulisan
Pada
penulisan makalah ini sebenarnya ditujukan untuk:
- Memenuhi tugas mata kuliah Aqidah Ahlak
- Bagi pembaca, dengan tulisan yang kecil ini semoga dapat memberikan dan menambahkan pengetahuan anda tentang semua hal yang berkaitan dengan iman kepada yang ghaib.
- Bagi penulis sendiri, yang nantinya akan menjadi bekal di kemudian hari dan menjadi sebagai pembelajaran yang berharga.
D. Manfaat
Penulisan
Dalam
tulisan ini, banyak sekali yang diharapkan diantaranya adalah untuk menambah
pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya. Kemudian dari sini juga kita akan
sedikit banyak tahu tentang hakikat malaikat, jin, syaitan dan juga istilah yang biasa kita kenal dengan iblis, selain
itu bagaimana cara kita mengimaninya, dan yang paling penting yaitu hikmah atau
manfaat dari keimanan tersebut. Insya Allah dengan pengamalan yang baik dan
benar, kita dapat belajar menumbuhkan iman sebagai sikap seorang mukmin yang
kaffah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Malaikat
Secara
etimologis (lughawi), kata malaikah yang dalam bahasa Indonesia disebut
malaikat, adalah bentuk jamak dari kata malak, berasal dari mashdar al-alukah
yang berarti ar-risalah (misi atau pesan). Yang membawa misi disebut
ar-rasul (utusan). Dalam beberapa ayat Al-Qur`an, malaikat juga disebut dengan
rusul (utusan-utusan), misalnya pada surat Huud ayat 69. Bentuk jamak lainnya
dari kata malak adalah mala`ik. Dalam bahasa Indonesia, kata malaikat bermakna
tunggal (satu malaikat), bentuk jamaknya menjadi malaikat-malaikat.
Secara
terminologis (istilah), makaikat adalah makhluk gaib yang diciptakan oleh Allah
SWT dari cahaya (nur) dengan wujud dan sifat-sifat tertentu. Tentang penciptaan
malaikat, Rasulullah SAW menginformasikan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya
(nur), berbeda dengan jin yang diciptakan dari api (nar)
”Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari
nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua”.
(HR. Muslim)
Tentang
kapan waktu penciptaannya, tidak ada penjelasan yang rinci. Tapi secara
jelasnya, malaikat diciptakan lebih dahulu dari manusia pertama, Adam As.
sebagaimana yang disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30 yang
artinya:
”Ingatlah
ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi…”
3
Eksistensi Malaikat
Semua
makhluk ciptaan Allah SWT dapat dibagi kepada dua macam, yaitu: makhluk yang gaib
(al ghaib) dan makhluk yang nyata (as syahadah). Yang bisa
membedakan keduanya adalah panca indera manusia. Segala sesuatu yang tidak bisa
dijangkau oleh salah satu panca indera manusia digolongkan kepada hal ghaib, sedangkan yang bisa
dijangkau oleh salah satu panca indera manusia digolongkan kepada as syahadah.
Untuk
mengetahui dan mengimani wujud makhluk ghaib tersebut, seseorang dapat menempuh
dua cara. Pertama, melalui berita atau informasi yang diberikan oleh
sumber tertentu (bil-Akhbar). Kedua, melalui bukti bukti nyata yang
menunjukkan makhluk gaib itu ada (bil atsar).
Salah
satu makhluk ghaib Allah adalah malaikat. Allah menciptakan mahkluk-makhluk
untuk menjalankan alam semesta ini. Di antara makhluk-makhluk Allah, ada yang
diciptakan nyata (yaitu meliputi seluruh zat dan energi fisik, termasuk
makhluk-makhluk biologis), dan ada yang diciptakan ghaib . Hukum fisik real
berlaku untuk mahkluk nyata, dan hukum ghaib berlaku untuk makhluk ghaib. Tidak
banyak yang dapat diketahui manusia tentang keghaiban, kecuali yang
diinformasikan Allah melalui rosul dan kitab-Nya.
Sebagai
makhluk ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan
dicicipi (dirasakan) oleh manusia. Dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh
panca indera, kecuali jika malaikat menampilkan diri dalam rupa tertentu,
seperti rupa manusia. Dalam beberapa ayat dan hadits disebutkan beberapa
peristiwa malaikat menjelma sebagai manusia seperti terdapat dalam surat Huud
ayat 69-70:
”Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat)
telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan:
Selamat. Ibrahim menjawab: Selamatlah, maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan
daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak
menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada
mereka. Malaikat itu berkata: Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah
(malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.
4
Nama Dan Tugas Malaikat
Salah
satu jenis makhluk ghaib adalah malaikat. Malaikat mengemban tugas-tugas
tertentu dalam mengelola alam semesta. Jumlah malaikat sangat banyak. Beberapa
nama malaikat yang perlu dikenal adalah:
a) Jibril – Menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul
Allah.
”Sesungguhnya
Al Qur’aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia
(Jibril)” (QS. At-Takwiir: 19)
”Barang
siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril
dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang
kafir.”(QS.Al-Baqarah: 98).
b) Mikail – Membagi rezeki kepada seluruh makhluk, di
antaranya menurunkan hujan [QS. Al-Baqarah: 98]
c) Israfil – Meniup sangkakala (terompet) pada hari kiamat
(HR An Nasaa’i)
d) Maut – Mencabut nyawa seluruh makhluk (QS. As-Sajdah: 11)
”Katakanlah:
“Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu,
kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS. As-Sajdah: 11)
e) Munkar – Memeriksa amal perbuatan manusia di alam kubur
(HR Ibnu Abi ‘Ashim)
f) Nakir – Memeriksa amal perbuatan manusia di alam kubur
(HR Ibnu Abi ‘Ashim)
g) Raqib – Mencatat amal baik manusia ketika hidup di dunia
(QS. Qaf: 18)
“Tiada
suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 18)
5
h) Atid – Mencatat amal buruk manusia ketika hidup di dunia
(QS. Qaf: 18)
i) Malik / Zabaniyah- Menjaga neraka dengan bengis dan
kejam.
“Mereka
berseru: “Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.” Dia menjawab: “Kamu
akan tetap tinggal di neraka.” (QS. Az-Zukhruf: 77)
”kelak
Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah” (Al-’Alaq: 18)
j) Ridwan,
Penjaga Surga – Menjaga sorga dengan lemah lembut (QS Az-Zumar: 73)
”Dan
orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga
berombong-rombongan. Sesampai di surga dan pintu-pintunya telah terbuka
berkatalah penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan dilimpahkan atasmu. Berbahagialah
kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.” (QS
Az-Zumar: 73)
Sifat- Sifat Dasar Malaikat Allah Swt
a). Pasti selalu patuh pada segala perintah Allah dan selalu tidak
melaksanakan apa yang
dilarang Allah SWT
b). Tidak sombong, tidak memiliki nafsu
dan selalu bertasbih.
c). Dapat berubah wujud dan menjelma
menjadi yang dia kehendaki.
d). Memohon ampunan bagi orang-orang
yang beriman.
e). Ikut bahagia ketika seseorang
mendapatkan Lailatul Qadar.
f). Malaikat tidak dilengkapi dengan
hawa nafsu.
g). Tidak memiliki keinginan seperti
manusia.
6
h). Tidak berjenis lelaki atau
perempuan.
i). Tidak berkeluarga.
j). Hidup dalam alam yang berbeda dengan
kehidupan alam semesta yang kita saksikan ini.
k).Yang mengetahui hakikat wujudnya hanyalah
Allah Swt semata.
B. Hakikat Jin, Iblis dan Syaitan
Beriman
kepada yang ghaib adalah termasuk salah satu asas dari akidah Islam, bagi
setiap orang Muslim, mereka wajib beriman kepada yang ghaib, tanpa sedikitpun
ada rasa ragu. Dalam perkara ini Ibn Mas’ud mengatakan: Yang dimaksudkan dengan
yang ghaib itu ialah segala apa saja yang ghaib dari kita dan perkara itu
diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Begitu juga jin. Jin termasuk makhluk
ghaib yang wajib kita imani, kerana banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi
yang menerangkan tentang wujudnya.
Walaupun
jin itu tidak dapat dilihat, maka bukanlah berarti ia tidak ada. Sebab berapa
banyaknya sesuatu yang tidak dapat kita lihat di dunia ini, akan tetapi benda
itu ada. Angin misalnya, kita tidak dapat melihatnya, tetapi hembusannya dapat
kita rasakan. Begitu juga roh yang merupakan hakikat dari kehidupan kita, kita
tidak dapat melihatnya serta tidak dapat mengetahui tentang hakikatnya akan
tetapi kita tetap meyakini wujudnya.
Pengertian Jin, Iblis
dan Syaitan
Jin
adalah nama jenis, bentuk tunggalnya adalah Jiniy (dalam bahasa arab
dahulu kala, dan Genie dalam bahasa Inggris) artinya “yang tersembunyi”
atau “yang tertutup” atau “yang tak terlihat”. Hal itulah yang memungkinkan kita
mengaitkannya dengan sifat yang umum “alam
7
tersembunyi”,
sekalipun akidah Islam memaksudkannya dengan makhluk-makhluk berakal,
berkehendak, sadar dan punya kewajiban, berjasad halus dan hidup bersama-sama
kita di bumi ini. Dalam sebuah hadits dari Abu Tha’labah yang bermaksud : “Jin
itu ada tiga jenis yaitu: Jenis yang mempunyai sayap dan terbang di udara,
Jenis ular dan jengking dan Jenis yang menetap dan berpindah-pindah.”
Kata
Iblis menurut sebagian ahli bahasa berasal dari ablasa artinya
putus asa. Dinamai iblis karena dia putus asa dari rahmat atau kasih sayang Allah SWT. (Sayid Sabiq, 1986,
hal. 219).
Kata Syaitan
berasal dari kata syatana artinya menjauh. Dinamai Syaitan karena
jauhnya dari kebenaran. (Shabuni, 1977, hal. 17)
Bangsa
jin itu ada yang patuh dan ada yang durhaka kepada Allah SWT tatkala Allah SWT
memerintahkan kepada bangsa jin untuk sujud kepada Adam bersama dengan para
malaikat, salah satu dari mereka menentang. Yang menentang itulah dikenal
dengan iblis. Iblis itulah nenek moyang seluruh syaitan, yang seluruhnya selalu
durhaka kepada Allah SWT dan bertekad untuk menggoda umat mausia (anak cucu
Adam) mengikuti langkah mereka menentang perintah Allah SWT.
Cara-cara Syaitan
Mengganggu Manusia
Syaitan
adalah musuh besar bagi manusia seperti yang telah di katakan didalam Al-Quran.
Dan cara-cara syaitan mengganggu manusia untuk mengikuti langkah-langkahnya
dengan 2 cara: pertama, Tadhil (menyesatkan), yang kedua, takhwif
(menakut-nakuti). Berikut ini kami akan menjelaskan kedua cara tersebut secara
terperinci:
a)
Tadhil
Allah
SWT sudah menjelaskan melalui para rasul yang Dia utus, mana yang hak dan mana
yang batil, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang terpuji dan mana yang
tidak terpuji,
8
mana
yang boleh dikerjakan dan mana yang tidak boleh dikerjakan. Allah SWT sudah
memberikan hidayah kepada umat manusia bagaimana menempuh kehidupan di dunia
supaya mendapatkan kebaikan didunia maupun kebaikan di akhirat. Akan tetapi
syaithan berusaha memutar balikkan, sehingga manusia akan mudah tersesat dan
mengikutinya. Langkah-langkah syaitan untuk menyesatkan manusia paling kurang
ada delapan yaitu:
1)
Waswashah (Bisikan).
Syaithan
membisikkan keraguan, kebimbangan dan keinginan untuk melakukan kejahatan ke
dalam hati manusia. Firman Allah SWT:
Artinya:
“Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai)
manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang
biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari
(golongan) jin dan manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An-Nas: 1-6)
2)
Nisyan (Lupa)
Lupa
memang sesuatu yang manusiawi. Tapi syaitan berusaha membuat manusia lupa engan
Allah SWT, atau paling kurang membuat manusia menjadikan lupa sebagai alas an
untuk menutupi kesalahn atau menghindari tanggung jawab. Firman Allah SWT:
Artinya:
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat kami, Maka
tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan
jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), Maka janganlah kamu
duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).”
(QS. Al-An’am: 68)
3)
Tamani (Angan-angan)
Syaitan
berusaha memperdayakan pikiran manusia dengan khayalan yang mustahil terjadi
dan dengan angan-angan kosong, Allah mengingatkan kita akan tekad Syaitan untuk
membangkitkan angan-angan kosong pada diri manusia. Firman Allah SWT:
9
Artinya:
“Dan Aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan
angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga
binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan Aku suruh
mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya”.
barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka
Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa: 119)
4)
Tazyin (Memandang Baik Perbuatan Maksiat)
Syaitan
berusaha dengan segala macam cara menutupi keadaan yang sebenarnya sehingga
yang batil keliatan terpuji dan sebagainya. Allah SWT mengingatkan tekad syaitan
untuk melakukan tazyin tersebut:
Artinya:
“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau Telah memutuskan bahwa Aku
sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di
muka bumi, dan pasti Aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba
Engkau yang mukhlis di antara mereka”.” (QS. Al-Hijr: 39-40)
5)
Wa’dun (Janji Palsu)
Syaitan
berusaha membujuk umat manusia supaya mau mengikutinya dengan memberikan
janji-janji yang menggiurkan yaitu keuntungan yang akan peroleh jika mau
menuruti ajakannya. Di akhirat nanti syaitan akan mengakui bahwa janji-janji
yang diberikannya kepada umat manusia dahulu di dunia adalah janji-janji palsu
yang pasti tidak mampu menepatinya. Firman Allah SWT:
Artinya:
“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) Telah diselesaikan:
“Sesungguhnya Allah Telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun
Telah menjanjikan kepadamu tetapi Aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada
kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) Aku menyeru kamu lalu kamu
mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca Aku akan tetapi
cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun
sekali-kali tidak dapat menolongku.
10
Sesungguhnya
Aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan Aku (dengan Allah) sejak
dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.”
(QS. Ibrahim: 22).
6)
Kaidun (Tipu Daya)
Syaitan
berusaha dengan segala macam tipu daya untuk menyesatkan umat manusia. Akan
tetapi sebenarnya tipu daya syaitan itu tidak aka nada pengaruhnya bagi
orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:
Artinya:
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir
berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu,
Karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (QS. An-Nisa: 76)
7)
Shaddun (Hambatan)
Syaitan
berusaha untuk menghalang-halangi umat manusia menjalankan perintah-Nya dengan
menggunakan segala cara macam hambatan. Firman Allah SWT:
Artinya:
“ Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan
syaitan Telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu
menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,”
(QS. An-Naml: 24)
8)
‘Adawah (Permusuhan)
Syatan
berusaha menimbulkan permusuhan dan rasa saling membenci di antara sesame
manusia, karena dengan permusuhan tiu manusia akan lupa diri dan melakukan
hal-hal yang tidak dibenarkan oleh Allah untuk membinasakan musuh-musuhnya.
11
Firman Allah SWT:
Artinya:
“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian
di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu
dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu).” (QS. Al-Maidah: 91)
Demikianlah
delapan langkah syaitan memperdaya, menyesatkan manusia untuk mengikuti segla
langkahnya, yaitu kufur. Dan sebagai seorang manusia kita jangan sampai mengikutinya
karena syaitan adalah musuh bagi kita (manusia).
b)
Takhwif
Jika
syaitan tidak berhasil dengan delapan cara tersebut, syaitan masih mempunyai
cara lain yaitu takhwif (menakut-nakuti). Takut yang dimaksud disini bukan
takut yang tabi’I (alami). Seperti takut dengan binatang buas, atau takut
mengerjakan kemaksiatan. Akan tetapi taku disini adalah takut melaksanakan
kebenaran. Takut melakukan amar ma’ruf nahi munkar karena khawatir dengan
segala risiko dan konsekwensinya. Misalnya risiko jatuh miskin, turun jabatan,
dipecat atau lainnya. Allah berfirman:
Artinya:
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu)
dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang
beriman.” (QS. Ali-Imran: 175)
Itulah
cara syaitan yang tanpa lelah selalu mengajak manusia kepada kesesatan dan kita
sebagai seorang muslim jangn lelah juga untuk selalu mendekatkan diri kita
kepada Allah SWT.
12
Inilah
beberapa langkah agar kita terhindar dari tipu daya syaitan:
- Masuk Islam secara kaffah (utuh).
- Selalu menyadari bahwa syaitan adalah musuh yang utama.
- Mengikuti ajaran-ajaran nabi Muhammad.
- Mengikuti hal-hal yang diajarkan nabi untuk melawan syaitan.
- Membaca Al-Isti’adzah
- Membaca Al-Ma’uzatain (surat Al-Falaq dan Surat An-naas)
- Membaca Ayat Kursi (Al-Baqarah ayat 255)
- Membaca surat Al-Baqarah Lengkap
- Membaca zikir 100 kali sehari
C. Perbedaan
Malaikat dengan Jin, Syaitan dan Iblis
Malaikat
terbuat dari cahaya atau nur sedangkan jin berasal dari api atau nar. Malaikat
selalu tunduk dan taat kepada Allah sedangkan jin ada yang muslim dan ada yang
kafir. Yang kafir adalah syetan dan iblis yang akan terus menggoda manusia hingga hari kiamat agar
bisa menemani mereka di neraka.
Malaikat
tidak memiliki hawa nafsu sebagaimana yang dipunyai jin. Jin yang jahat akan
selalu senantiasa menentang dan menjalankan apa yang dilarang oleh Tuhan Allah SWT.
Malaikat
adalah makhluk yang baik dan tidak akan mencelakakan manusia selama berbuat
kebajikan, sedangkan syetan dan iblis akan selalu mencelakakan manusia hingga hari akhir.
13
D. Hikmah
Beriman Kepada Malaikat
Iman
kepada Malaikat adalah yakin dan membenarkan bahwa Malaikat itu ada, diciptakan
oleh Allah SWT dari cahaya/nur. Beriman kepada Malaikat adalah rukun Iman yang
kedua. ”Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya…” (QS.
Al-Baqarah: 285)
”Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisaa’: 136)
Malaikat
diciptakan Allah dari Nur/Cahaya [HR Muslim] dan merupakan makhluk ghaib yang
tidak dapat dilihat oleh manusia kecuali jika Allah mengizinkan.
Malaikat
tidak memiliki hawa nafsu dan selalu taat dan melaksanakan perintah Allah:
”Mereka
takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang
diperintahkan (kepada mereka).” [QS. An-Nahl: 50)
Para
Malaikat tidak lalai dalam menjalankan kewajiban:
”Dan
Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan
diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian
kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami,
dan malaikat- malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” [QS. Al-An’aam:
61)
14
Malaikat
merupakan hamba Allah yang dimuliakan:
”Dan
mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak”,
Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang
dimuliakan” (QS. Al Anbiyaa’: 26)
Malaikat
senantiasa beribadah kepada Allah dan bertasbih:
”Sesungguhnya
malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah
Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud”
(QS. Al-A’raaf: 206)
Para
Malaikat mengerjakan berbagai urusan yang diberikan Allah kepada mereka:
”Segala
puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai
utusan-utusan untuk mengurus berbagai macam urusan yang mempunyai sayap,
masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada
ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (QS. Faathir: 1)
”Pada
malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan.” (QS. Al-Qadr: 4)
Para
malaikat senantiasa berdoa untuk orang-orang yang beriman:
”(Malaikat-malaikat)
yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji
Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang
yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau
meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat
dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang
menyala-nyala, ya Tuhan kami, dan
15
masukkanlah mereka ke dalam surga
Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di
antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan merekasemua.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka
dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari
(pembalasan) kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya telah Engkau
anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar”. (QS. Al-Mu’min:
7-9)
E. Fungsi
Iman Kepada Malaikat
a) Selalu melakukan perbuatan baik serta
anti melakukan perbuatan buruk karena dirinya
selalu diawasi oleh malaikat.
b) Berupaya masuk ke
dalam surga yang dijaga oleh malaikat Ridwan dengan bertakwa dan
beriman kepada Allah SWT serta
berlomba-lomba mendapatkan Lailatul Qodar.
c) Meningkatkan keikhlasan,
keimanan dan kedisiplinan kita untuk mengikuti/meniru sifat dan
perbuatan malaikat.
d) Selalu berfikir dan berhati-hati
dalam melaksanakan setiap perbuatan karena tiap perbuatan
baik yang baik maupun yang buruk akan
dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
e) Hikmah dari beriman
kepada malaikat cukup banyak. Misalnya dengan menyadari adanya
malaikat Roqib dan ’Atid yang selalu
mencatat amal baik/buruk kita, maka kita akan lebih
hati-hati dalam berbuat. Kita malu
berbuat dosa.
16
”Padahal
sesungguhnya bagi kamu ada malaikat-malaikat yang mengawasi pekerjaanmu, yang
mulia di sisi Allah dan mencatat pekerjaan-pekerjaanmu, mereka mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (Al-Infithaar: 10-12)
f) Dengan meyakini adanya
malaikat Maut yang mencabut nyawa kita, Munkar dan Nakir yang
memeriksa kita di alam kubur serta
malaikat Malik yang menyiksa para pendosa di neraka,
niscaya kita takut berbuat dosa.
Kita juga bisa meniru ketaatan dan kerajinan malaikat dalam
beribadah.
”Dan kepunyaan-Nyalah
segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya,
mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa
letih.” (QS. Al-Anbiyaa’: 19)
F. Cara
Untuk Meyakini Dan Mengimani Keberadaan Malaikat
Cara untuk
meyakini dan mengimani keberadaan malaikat ada 2 cara:
Pertama, melalui berita (akhbar) yang disampaikan oleh firman Allah
dalam Al-Quran maupun sabda Rasulullah SAW dalam Hadits. Banyak sekali
ayat-ayat Al-Quran dan hadits yang menjelaskan perihal malaikat. Karena kita
mengimani kebenaran sumber (Al-Quran dan Hadits), maka berita tentang malaikat
pun kita imani.
Kedua, kita dapat mengetahui dan mengimani wujud malaikat melalui
bukti-bukti nyata yang ada di alam semesta yang menunjukkan bahwa malaikat itu
benar-benar ada. Misalnya, Malaikat Maut yang bertugas mencabut nyawa manusia,
dapat dibuktikan secara nyata dengan adanya peristiwa kematian manusia.
Demikian pula dengan keberadaan Malaikat Jibril, bisa dibuktikan secara nyata
dengan adanya Al-Quran yang disampaikannya kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pedoman.
17
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1.Bahwa malaikat merupakan makhluk gaib
yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya atau
nur sedangkan jin, iblis dan syaitan di
ciptakan dari api atau nar
2.Malaikat tidak memiliki nafsu sedangkan
jin, iblis dan syaitan memiliki nafsu
3.Ada beberapa langkah agar kita terhindar
dari tipu daya syaitan, diantaranya yaitu dengan :
a.Masuk islam secara kaffah atau utuh
b.Selalu menyadari bahwa syaitan adalah
musuh yang utama
c.Mengikuti ajaran-ajaran Nabi Muhammad
SAW dengan sebenar-benarnya
B. Saran
Kita
sebagai seorang muslim yang baik, wajiblah bagi kita untuk mengimani semua
rukun iman yang enam. salah satunya adalah beriman kepada yang ghaib. Banyak
cara untuk kita mengimani dan meyakininya, seperti melalui berita (akhbar) yang
disampaikan oleh firman Allah dalam Al-Quran maupun sabda Rasulullah SAW dalam
Hadits. Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran dan hadits yang menjelaskan perihal
tentang makhluk ghaib. Karena kita mengimani kebenaran sumber (Al-Quran dan
Hadits), maka berita tentang makhluk ghaib pun kita imani. kemudian kita dapat
mengetahui dan mengimani keberadaan yang ghaib melalui bukti-bukti nyata yang
ada di alam semesta yang menunjukkan bahwa makhluk ghaib itu benar-benar ada.
18
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jazairi,
Abu Bakar Jabir. 1998. Minhajul Muslim, Madinah: Maktabatul “Ulum Wal
hikam.
Departemen
Agama RI. 2005. AL-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT Syamil Media
Cipta
Ilyas,
Yunahar. 1995. Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam (LPPI)
Shihab, M.
Quraish. 1998. Wawasan Al-Quran – Tafsir Maudhu’I atas Barbagai Persoalan
Umat, Bandung: Penerbit Mizan
No comments :
Post a Comment