http://i560.photobucket.com/albums/ss44/erge32/EkaSidebar.gif

Semoga bermanfaat untuk kawan-kawanku n juga bagi publik,, :)

Guidance and Counseling Riska Ratna

Monday 8 April 2013

INTELEGENSI DAN MULTI INTELEGENSI



Intelegence dan Multi Intelegence

Intelligence adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif (Marthen Pali,1993). Konsep Intelegensi awalnya dirintis oleh Alfred Bined 1964, mempercayai bahwa kecerdasan itu bersifat tunggal dan dapat diukur dalam satu angka.

Dulu Tunggal, Kini Multi
Dulu orang mengira bahwa kecerdasan seseorang itu bersifat tunggal, yakni dalam satuan IQ (Intelligence Quotient) seperti selama ini kita kenal. Dampak negatif atas persepsi ini adalah siswa yang rendah kecerdasan “akademik tradisionalnya”, yakni matematika dan verbal (kata-kata), seakan tidak dihargai di sekolah dan masyarakat luas. Kini tradisi yang sudah berlangsung hampir seabad tersebut, sudah terbongkar dan terkuaklah bahwa ternyata kecerdasan manusia itu banyak rumpunnya. Kecerdasan itu multidimensional, banyak cabangnya. Jadi TIDAK ADA SISWA YANG BODOH, setiap siswa mempunyai rumpun kecerdasan masing-masing!


Selanjutnya gardner ( 2002) memaparkan pengertian kecerdasan mencakup tiga faktor :

1.      kemampuan menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.

2.      kemampuan menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.

3.      kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang akan memunculkan penghargaan dalam budaya seorang individu.


9 kecerdasan MULTI KECERDASAN – MULTIPLE INTELLIGENCES


http://mastercorebrain.files.wordpress.com/2012/01/9-kecerdasan-manusia-mcb-new-2.jpg?w=377&h=282 
Selama ini, banyak dari kita yang hanya mementingkan IQ semata. Kita bangga kalau anak juara olimpiade fisika namun kita menyepelekan jika ada yang jago menari, pandai bergaul, pandai bahasa, olahraga dan sejenisnya. Padahal kejeniusan bukan semata-mata memiliki IQ diatas 130, namun jenius bisa dimiliki anak dibidang manapun (seni, olahraga, sastra, kepemimpinan dll).
Parahnya lagi, sekolah kita mewajibkan tiap anak harus cakap dalam segala bidang. Sehingga pada kasus ujian nasional, seringkal mereka yang jenius dalam bidang olahraga atau seni harus tidak lulus karena gagal pada bidang matematika.
Dimasa depan, Indonesia harus memiliki guru-guru yang mampu memberikan motivasi kepada anak didiknya. Sudah bukan jamannya lagi guru killer yang kerap memberikan hukuman fisik berupa tamparan, mempermalukan di depan kelas dan lain sejenisnya. Tidak mengherankan jika hanya sedikit anak yang menyukai sekolah. Mereka hanya senang jika bel istirahat dan pulang sekolah berbunyi. Dimasa depan, sekolah juga harus memahami model kecerdasan tiap muridnya sehingga kurikulum akan sesuai dengan model kecerdasan tiap anak.
Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk  mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.
Berkaitan dengan kecerdasan, Howard Gardner, dalam bukunya Multiple Intelligences (Kecerdasan Ganda), membagi kecerdasan anak dalam spektrum yang cukup luas, diantaranya sebaga  berikut
1.      Kecerdasan matematika dan logika atau cerdas angka (matchematic
Memuat kemampuan seorang anak berpikir secara induktif dan deduktif, kemampuan berpikir menurut aturan logika dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah melalui kemampuan berpikir. Anak-anak dengan kecerdasan matematika dan logika yang tinggi cenderung menyenangi kegiatan analisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.
Mereka menyenangi cara berpikir yang konseptual, misalnya menyusun hipotesis, mengategori, dan mengklasifikasi apa yang dihadapinya. Anak-anak ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan yang tinggi dalam menyelesaikan problem matematika.
Bila kurang memahami, mereka cenderung bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya. Anak-anak yang cerdas angka juga sangat menyukai permainan yang melibatkan kemampuan berpikir aktif seperti catur dan bermain teka-teki. Setelah remaja biasanya mereka cenderung menggeluti bidang matematika atau IPA, dan setelah dewasa menjadi insinyur, ahli teknik, ahli statistik, dan pekerjaan-pekerjaan yang banyak melibatkan angka.
2.      Kecerdasan bahasa atau cerdas kata
Memuat kemampuan seorang anak untuk menggunakan bahasa dan kata-kata baik secara lisan maupun tulisan dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasannya. Anak-anak dengan kemampuan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan bahasa seperti membaca, membuat puisi, dan menyusun kata mutiara.
Anak-anak ini cenderung memiliki daya ingat yang kuat akan nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal kemampuan menguasai bahasa baru, anak-anak ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Pada saat dewasa biasanya mereka akan menjadi presenter, pengarang, penyair, wartawan, penerjemah, dan profesi-profesi lain yang banyak melibatkan bahasa dan kata-kata.
3.      Kecerdasan musikal atau cerdas music
Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, dalam hal ini adalah nada dan irama. Anak-anak ini senang sekali mendengar nada-nada dan irama yang indah, mulai dari senandung yang mereka lakukan sendiri, dari radio, kaset, menonton orkestra, atau memainkan alat musik sendiri. Mereka lebih mudah mengingat sesuatu dengan musik. Saat dewasa mereka dapat menjadi penyanyi, pemain musik, komposer pencipta lagu, dan bidang-bidang lain yang berhubungan dengan musik.
4.      Kecerdasan visual spasial atau cerdas gambar
Memuat kemampuan seorang anak untuk memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan antara objek dan ruang. Anak-anak ini memiliki kemampuan menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya, atau menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi. Setelah dewasa biasanya mereka akan menjadi pemahat, arsitek, pelukis, desainer, dan profesi lain yang berkaitan dengan seni visual.
5.      Kecerdasan kinestetik atau cerdas gerak
Memuat kemampuan seorang anak untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada anak-anak yang unggul dalam bidang olah raga, misalnya bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang, basket, dan cabang-cabang olah raga lainnya, atau bisa pula terlihat pada mereka yang unggul dalam menari, bermain sulap, akrobat, dan kemampuan-kemampuan lain yang melibatkan keterampilan gerak tubuh.
6.      Kecerdasan inter personal atau cerdas teman
Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan ini disebut juga kecerdasan sosial, dimana seorang anak mampu menjalin persahabatan yang akrab dengan teman-temannya, termasuk berkemampuan memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antar teman, dan memperoleh simpati dari anak yang lain. Setelah dewasa mereka dapat menjadi aktivis dalam organisasi, public relation, pemimpin, manajer, direktur, bahkan menteri atau presiden.
7.      Kecerdasan intra personal atau cerdas diri
Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Mereka cenderung mampu mengenali kekuatan atau kelemahan dirinya sendiri, senang mengintropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya dan kemudian mencoba untuk memperbaiki dirinya sendiri. Beberapa di antara mereka cenderung menyenangi kesendirian dan kesunyian, merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri. Saat dewasa biasanya mereka akan menjadi ahli filsafat, penyair, atau seniman.
8.      Kecerdasan naturalis atau cerdas alam
Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam terbuka seperti cagar alam, gunung, pantai, dan hutan. Mereka cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, flora dan fauna, bahkan benda-benda di ruang angkasa. Saat dewasa mereka dapat menjadi pecinta alam, pecinta lingkungan, ahli geologi, ahli astronomi, penyayang binatang, dan aktivitas-aktivitas lain yang berhubungan dengan alam dan lingkungan.
Dengan konsep Multiple Intelligences (Kecerdasan Ganda) ini, Howard Gardner ingin mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan, bahwa seolah-olah kecerdasan hanya terbatas pada hasil tes intelegensi yang sempit saja, atau hanya sekadar dilihat dari prestasi yang ditampilkan seorang anak melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka.
Anak-anak unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh dengan sendirinya, mereka memerlukan lingkungan subur yang diciptakan untuk itu. Oleh karena itu diperlukan kesungguhan dari orang tua dan pendidik untuk secara tekun dan rendah hati mengamati dan memahami potensi anak atau murid dengan segala kelebihan maupun kekurangannya, dan menghargai seriap bentuk kecerdasan yang berlainan.
Nah, termasuk kategori yang mana kecerdasan sobat baraya waktu kecil dahulu atau kecerdasan putra-putri sobat baraya? Ataukah kecerdasan kita termasuk perpaduan dari dua atau lebih dari tipe kecerdasan yang ada?

Kreativitas sebagai Multi Kecerdasan

Proses pemikiran  untuk menyelesaikan masalah secara efektif melibatkan otak kiri atau otak kanan .  Pemecahan masalah adalah kombinasi dari pemikiran logis dan kreatif.   Secara umum, otak kiri memainkan peranan dalam pemrosesan logika, kata-kata, matematika, dan urutan – yang disebut pembelajaran akademis. Otak kanan berurusan dengan irama, rima, musik, gambar, dan imajinasi—yang disebut dengan aktivitas kreatif.  
Bagan Proses Pimikiran Otak
Otak Kiri
Otak Kanan
  • Vertikal
  • Kritis
  • Strategis
  • Analistis
  • Lateral
  • Hasil
  • Kreatif
Keterangan:
1.      Berpikir Vertikal.
Suatu proses bergerak selangkah demi selangkah menuju tujuan Anda, seolah-olah Anda sedang menaiki tangga. Contoh seorang honorer yang diangkat menjadi PNS karena prestasi dan kedisiplinannya dalam bekerja dan bertugas sebagai guru honorer.
2.      Berpikir Kritis.
Berlatih atau memasukkan penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau produk, membandingkan, membedakan, menyusun/ mengatur, mengkelas, dan mengenal pasti sebab dan akibat. Kemampuan berfikir secara kreatif ini juga meliputi kemampuan menjanakan idea yang banyak, pelbagai dan baru serta kemampuan mereka menciptakan dan membuat inovasi boleh dikelaskan di bawah kemampuan secara kreatif. Contoh: seorang dosen yang menilai mahasiswanya dengan berbagai criteria baik dari hasil belajar maupun aktivitasnya dalam universitas tersebut.
3.      Berpikir Strategis.
Mengembangkan strategi khusus untuk perencanaan dan arah operasi-operasi skala besar dengan melihat proyek itu dari semua sudut yang mungkin. Contoh berpikir secara strategis, yang selalu dimulai dengan pertanyaan sederhana, seperti Apa sih tujuan/objektif  (misalnya) masuk ke Internet?; Siapa target pasarnya?; Bagaimana perilaku online target pasarnya?; Bagaimana menjangkau target pasarnya?; dan seterusnya.
4.      Berpikir Analitis.
Suatu proses memecahkan masalah atau gagasan Anda menjadi bagian-bagian.  Menguji setiap bagian untuk melihat bagaimana bagian tersebut saling cocok satu sama lain, dan mengeksplorasi bagaimana bagian-bagian ini dapat dikombinasikan kembali dengan cara-cara baru. Kecerdasan analitik melibatkan tindakan menganalisis, membandingkan dan menilai. Sebagai contoh, siswa berlatih Matematika. Di dalam proses menyelesaikan masalah Matematika, siswa akan menganalisis informasi yang diberikan. Kemudian membuat gerak kerja solusi sesuai formula tertentu.
5.      Berpikir Lateral.
Melihat permasalahan Anda dari beberapa sudut baru, seolah-olah melompat dari satu tangga ke tangga lainnya. Contoh: Dilakukanlah pemilihan kata benda secara acak, dipilihlah kata benda acak yang lainnya, ditemukan kata-kata "Jendela", kemudian barulah dicari hubungan antara TV dengan Jendela, dan ditemukanlah...oh ya... TV diberi Jendela, sehingga saat kita melihat stasiun RCTI, dijendela samping TV ada terlihat acara SCTV, atau ANTV.
Ada tiga cara Al-Qur’an melatih kita berpikir lateral, yaitu:
a)             Berpikir Lateral Sistematis, bila ayat-ayat yang diangkai secara berurutan mengasah kecerdasan sesuai dengan urutan ayat Al-Fatihah. Baik dari awal, mulai dari SQ, IQ, EQ, VQ, OQ, LQ, RQ. Atau sebaliknya, ayat-ayat tersebut secara berurutan mengasah dari akhir. Contoh surat Al-Qur’an yang melatih kita berpikir lateral sistematis adalah Surah Al Munafiqun [QS 63] dan Surah Alam Nasyrah [QS 94]. Surah Al Munafiqun mengajak kita berpikir lateral sistematis mundur, yang dimulai dengan mengasah RQ, lalu menuju LQ, OQ, dan VQ. Sedangkan Surah Alam Nasyrah mengajak kita berpikir lateral sistematis maju, yang dimulai dengan mengasah EQ, VQ, dan OQ.
b)             Berpikir Lateral Prima Causa. Ketujuh ayat surah Al-Fatihah selalu mengaitkan dengan peran dan keterlibatan Allah pada setiap aspek kehidupan semesta. Berpikir lateral prima causa mengajak kita untuk secara instan menyelesaikan analisis berpikir dengan selalu menggunakan SQ. Bila kita sedang menggunakan IQ maka aktifkan juga SQ kita. Bila kita sedang menggunakan EQ, maka aktifkan juga SQ kita. Begitu pula kecerdasan yang lainnya. Dalam Al-Qur’an hampir semua ayat mengakjak kita untuk melibatkan SQ. surah yang semua ayatnya melibatkan SQ adalah Surat Al Ikhlas [QS 112].
c)             Berpikir Lateral Acak. Otak kita mempuyai belasan miliar sel otak, yang setiap sel otak dapat berkomunikasi dengan ribuan sel otak lainnya. Demikianlah ketujuh kecerdasan kita, masing-masing saling mempunyai keterkaitan berpikir. Misalnya untuk mendapatkan solusi tentang kepatuhan para santri pria yang sering mangkir, kita bisa menggunakan OQ, melompat ke RQ, melompat ke IQ, dll. Sebagian besar kandungan Al-Qur’an mengajak kita berpikir lateral acak. Surah Al Ma’un [QS 107] melatih kterkaitan beberapa kecerdasan secara acak, mulai dari RQ, ke EQ, lalu ke OQ, dan kembali ke RQ.

6.      Berpikir tentang Hasil.
Meninjau tugas dari perspektif solusi yang dikehendaki. Contoh: seorang guru yang meninjau hasil belajar siswanya dengan mencari data tertentu dan menyesuaikan  dengan apa yang diharapkan selama melakukan proses pebelajaran.
7.      Berpikir Kreatif.
Berpikir kreatif adalah pemecahan masalah dengan menggunakan kombinasi dari semua proses. Contoh memberi stabilo dengan warna yang berbeda untuk kegiatan yang berbeda. Memberikan perhatian terhadap pembicaraan kepala sekolah maupun pendidik lain pada saat melakukan pembinaan dan pengawasan di sekolah. Mencatat hal-hal penting yang memerlukan respon baik secara umum maupun khusus sehingga perlu diskusi dan rancangan aktivitas yang spesifik.
Menurut David Cambell ciri-ciri kreativitas ada tiga kategori:
2.             Ciri-ciri pokok: kunci untuk melahirkan ide, gagasan, ilham, pemecahan, cara baru, penemuan.
3.             Ciri-ciri yang memungkinkan: yang membuat mampu mempertahankan ide-ide kreatif, sekali sudah ditemuka tetap hidup.
4.             Ciri-ciri sampingan: tidak langsung  berhubungan dengan penciptaan atau menjaga agar ide-ide yang sudah ditemukan tetap hidup, tetapi kerap mempegaruhi perilaku orang-orang kreatif.

No comments :

Post a Comment